Wednesday, January 22, 2014

ANYAR BALI POS
Rabu, 13 November 2013

Kekecewaan Dan Kebanggaan PAH V
Anyar Bali pos, Singaraja





Singaraja- Lapangan Tihing Petung menjadi saksi kekecewaan tim futsal PAH V yang kalah dari tim futsal PBB VII dalam memperebutkan juara 1 pada juara futsal tahun ini. Sekaligus menjadi saksi kesenangan tim PAH V tersendiri yang telah berhasil membalas dendan pada tim PAH VII pada musim futsal 2013.



Pendidikan Agama Hindu (PAH) V berhasil mengalahkan PAH VII dengan skor 4 – 2 di babak ke-2 pada semi final pekan lalu (08/11).  Final, tim PAH 5 berhadapan dengan tim Pendidikan Bahasa Bali (PBB) VII untuk memperebutkan piala pertandingan futsal putra dalam rangka memeriahkan ulang tahun Institut Hindu Dharma  Negeri (IHDN) Denpasar ke IX, tim PPB VII berhasil menaklukan tim PAH V dengan pencapaian skor 6 – 3.
Setelah berhasil menaklukan beberapa tim lawan dalam 4 kali pertandingan, akhirnya tim PAH V beradu dengan tim PBB VII di babak final. Pertandingan yang menegangkan antara PAH V dengan PBB VII demi memperebutkan juara futsal di musim 2013. Pertandinngan final dilaksanakan sabtu, 9 november pukul 17 : 00 – 17:30 wita. Pertandingan yang berlangsung selama 30 menit, dibagi menjadi dua babak.
Babak pertama berlangsung selama 15 menit, PBB VII sukses menahan tim PAH V 3 – 1  pada babak pertama. Putu Juni Parwanto mengecoh pemain penyerang ( Krisnaadi dan Samiasa)  dan kiper  Ogik sehingga mencetak goal terbanyak pada babak pertama. Pemain yang kerap disapa jonok ini, berhasil mencetak goal sebanyak 3 kali. Tim PAH V berhasil membalas dengan skor 1 yang disumbangkan oleh pemain Kadek Agus Sandi.
Berlanjut, permainan babak ke-2 selama 12 yang lebih memanaskan lagi diantara kedua pemain di Lapangan Futsal Tihing Petung. Tim PAH V harus lebih ekstra lagi untuk mengejar selisih 2 point dari tim lawan. Ojil, Jonok dan Kacir berhasil menambah 3 point untuk tim PBB VII. Agus Sandi mengejar point lawan dengan menggoal 1 kali. Begitu pula dengan Samiasa pemain dari tim PAH V menunjukkan kebolehannya dengan menggoal 1 kali. Tepat pukul 17 :30 wita pemainan ini berakhir dengan skor 6 -3 dan PBB VII dinobatkan sebagai juara I dan PAH V sebagai juara II sedangkan PAH VII juara III.



Saturday, January 11, 2014

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Latar belakang pendidikan guru diakui mempengaruhi kompetensi. Kurangnya penguasaan terhadap berbagai jenis metode menjadi kendala dalam memilih dan menentukan metode. Itulah yang biasanya dirasakan oleh mereka yang bukan berlatar-belakangkan pendidikan guru. Apalagi belum memiliki pengalaman mengajar yang memadai. Sungguhpun begitu, baik dia berlatar belakang pendidikan guru maupun dia yang berlatar belakang bukan pendidikan guru, dan sama-sama minim pengalaman mengajar di kelas, cenderung sukar memilih metode yang tepat. Tetapi ada juga yang tepat memilihnya, namun dalam pelaksanaannya menemui kendala, disebabkan labilnya kepribadian dan dangkalnya penguasaan atas metode yang digunakan. Dengan demikian, dapatlah dipahami bahwa kepribadian, latar belakang pendidikan, dan pengalaman mengajar adalah permasalahan intern guru yang dapat mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode mengajar.
Dengan adanya pemilihan dan penentuan metode yang tepat seorang guru hendaknya mengetahui fungsi-fungsi dalam menentukan metode yang yang harus di terapkan kepada peserta didik di dalam kelas baik itu sebagai pendorong dalam kegiatan belajar mengajar, sebagai strategi mengajar, sebagai alat untuk mencapai tujuan.Metode yang dipergunakan dalam belajar mengajar bermacam-macam metode dan banyak permasalahan yang telah di temukan dalam proses belajar mengajar baik dari segi faktor anak didik, tujuan yang ingin dicapai, situasi, fasilitas dan dana yang tersedia, Guru, sifat materi yang akan ingin disampaikan. Maka dari itu guru diharapkan agar mengetahui fungsi-fungsi serta faktor-faktor yang mempengaruhinya agar dalam penentuan suatu metode dalam mengajar dapat menggairahkan belajar anak didik untuk mencapai tujuan pengajaran.


1.2 Rumusan Masalah
1.2.1  Apakah fungsi-fungsi dari metode mengajar?
1.2.2 Apakah Faktor-faktor  yang harus dipertimbangkan dalam menentukan Metode Mengajar?


1.3 Tujuan
1.3.1  Untuk mengetahui fungsi-fungsi dari metode mengajar.
1.3.2 Untuk mengetahui faktor-faktor yang harus mempertimbangkan dalam menentukan Metode mengajar.






















BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Fungsi-fungsi Metode Mengajar.
            Kegiatan belajar mengajar tidak bisa terlepas dari penggunaan suatu Metode Mengajar. Metode yang berasal dari Bahasa Yunani “Methodos” yang berarti cara atau jalan yang ditempuh. Maka metode menyangkut masalah kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Fungsi dari metode berarti sebagai alat untuk mencapai tujuan. Sedangkan pengertian dari mengajar yaitu membantu dan membimbing untuk memudahkan siswa unutk menjalalani proses perubahannya sendiri.
Kemudian menurut Biggs (1991)  mengajar diartikan menjadi tiga macam yakni;
Kuantitatif
Mengajar diartikan sebagai transmission of knowledge, yakni penyebaran pengetahuan. Dalam hal ini, guru hanya perlu menguasai pengetahuan bidang studinya dan menyampaikan kepada peserta didik dengan sebaik-baiknya. Masalah berhasil atau tidaknya peserta didik bukan tanggung jawab pendidik.
Institusional
Mengajar adalah penataan segala kemampuan mengajar secara efisien. Dalam hal ini, pendidik dituntut untuk selalu siap menyesuaikan berbagai teknik mengajar terhadap peserta didik yang memiliki berbagai macam tipe belajar, bakat, kemampuan, dan kebutuhan.
Kualitatif
Mengajar adalah upaya memfasilitasi pembelajaran (facilitation of learning), yaitu upaya membantu memudahkan kegiatan belajar peserta didik mencari makna dan pemahamannya sendiri.
Adapun beberapa ahli yang mengatakan bahwa mengajar dikatakan sebagai sebagai ilmu . Oleh karena itu, guru merupakan sosok pribadi manusia yang memang sengaja dibangun untuk menjadi tenaga professional yang memiliki pengetahuan dan kemampuan tinggi dalam dunia pendidikan yang tugasnya mengajar. Mengajar sebagai Seni  Sebagian ahli memandang mengjar adalah seni bukan ilmu, tidak semua orang berilmu bisa menjadi guru yang piawai dalam hal mengajar.
Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa mengajar merupakan suatu cara dan sebuah proses hubungan timbal balik antara siswa dan guru yang sama-sama aktif melakukan kegiatan.
Jadi disini dapat disimpulkan bahwa Metode mengajar yaitu salah satu komponen yang harus ada dalam kegiatan pembelajaran, yang pada dasarnya metode mengajar ini merupakan  teknik yang digunakan didalam melakukan interaksi dengan siswa disaat proses kegiatan belajar mengajar.
Metode mengajar memiliki beberapa fungsi sebagai berikut.

1. Metode sebagai Alat motivasi Ekstrinsik
Sebagai salah satu komponen pengajaran, metode menempati peranan yang tidak kalah petingnya dari komponen lainnya dalam kegiatan belajar mengajar. Tidak ada satupun kegiatan belajar mengajar yang tidak menggunakan metode pengajaran. Ini berarti guru memahami benar kedudukan metode sebagai alat motivasi ekstrinsik dalam kegiatan belajar mengajar. Motivasi ekstrinsik menurut Sardiman. A.M (1988;90) adalah motif – motif yang aktif dan berfungsinya, karena adanya perangsang dari luar. Karena itu, metode berfungsi sebagai alat perangsang dari luar yang dapat membangkitkan belajar seseorang. Salah satu masalah yang dihadapi oleh guru untuk menyelenggarakan pengajaran adalah bagaimana memotivasi atau menumbuhkan motivasi dalam diri peserta didik secara secara efektif. Keberhasilan suatu pengajaran sangat dipengaruhi oleh adanya penyediaan motivasi atau dorongan.
Beberapa kesukaran yang dialami oleh seorang guru untuk memotivasi peserta didik, misalnya:
  1. Realitas bahwa guru belum memahami sepenuhnya akan motif.
  2. Motif  itu sendiri bersifat perseorangan.
  3. Tida ada alat, metode, atau teknik tertentu yang dapat memotivasi peserta didik dengan cara yang sama atau dengan hasil yang sama.
Sebaiknya guru menyadari fungsi motivasi itu sebagai proses, yang memiliki fungsi berikut ini:
  1. Memberi semangat dan mengaktifkan peserta didik supaya tetap berminat dan siaga.
  2. Memusatkan perhatian peserta didik pada tugas-tugas tertentu yang berhubungan dengan pencapaian tujuan belajar.
  3. Membantu memenuhi kebutuhan akan hasil jangka pendek dan hasil jangka panjang.
Beberapa cara untuk menumbuhkan motivasi adalah melalui cara yang belajar yang bervariasi, mengadakan pengulangan informasi, memberikan stimulus baru misalnya melalui pertanyaan-pertanyaan kepada peserta didik, memberi kesempatan peserta didik untuk menyalurkan keinginan belajarnya, menggunakan media dan alat bantu yang menarik perhatian peserta didik, seperti gambar, foto, diagram, dan sebagainya.
 2. Metode Sebagai Strategi Pengajaran
Dalam kegiatan belajar mengajar tidak semua anak didik mampu berkonsentrasi dalam waktu yang relatif lama. Daya serap anak didik terhadap bahan yang diberikan juga bermacam – macam, ada yang cepat, ada yang sedang, dan ada yang lambat. Faktor intelegensi mempengaruhi daya serap anak didik terhadap bahan pelajaran yang diberikan oleh guru. Cepat lambatnya penerimaan anak didik terhadap bahan pelajaran yang diberikan menghendaki pemberian waktu yang bervariasi, sehingga penguasaan penuh dapat tercapai.
 Penggunaan metode dalam pembelajaran berfungsi sebagai strategi yang digunakan untuk pengelolaan kelas yang memiliki karakteristik siswa yang berbeda dan berasal dari berbagai keadaan sosial, budaya dan latar belakang yang berbeda. Oleh karena itu, dengan penggunaan metode pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar akan dapat mencapai tujuan yang diinginkan dalam proses belajar mengajar.

 3. Metode sebagai alat untuk mencapai tujuan
Tujuan adalah suatu cita – cita yang akan dicapai dalam kegiatan belajar mengajar. Tujuan adalah pedoman yang memberi arah kemana kegiatan belajar mengajar akan dibawa. Metode adalah pelicin jalan pengajaran menuju tujuan. Ketika tujuan dirumuskan agar anak didik memiliki keterampilan tertentu, maka metode yang digunakan harus sesuai dengan tujuan. Antara metode dan tujuan jangan bertolak belakang. Artinya, metode harus menunjang pencapaian tujuan pengajaran. Bila tidak, maka akan sia – sialah tujuan tersebut. Penerapan metode yang sesuai dengan tujuan pembelajaran akan dapat meningkatkan hasil belajar siswa karena dengan penerapan metode yang tepat akan memudahkan siswa untuk menerima materi pelajaran yang diajarkan.
Keberhasilan guru  dalam mengajar terlihat jika  siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Keberhasilan kegiatan belajar mengajar tidak bisa terlepas dari penggunaan suatu metode karena dengan penggunaan metode yang tepat dalam pembelajaran akan dapat menciptakan pembelajaran yang efektif dan berdampak bagi hasil belajar siswa. Oleh karena itu guru  harus pintar-pintar memilih metode yang sesuai dengan tujuan pembelajaran sehingga siswa dapat mencapai hasil belajar sesuai dengan yang diharapkan.

  

2.2 Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam Menentukan Metode Mengajar.
Metode mengajar merupakan syarat mutlak yang harus disertakan dalam proses belajar mengajar, karena metode mengajar merupakan cara atau proses mencapai tujuan pengajaran yaitu tujuan yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa dalam kegiatan belajar.
Setiap guru yang akan menyajikan materi pelajaran kepada anak didiknya, perlu memahami arti, peranan serta penggunaan metode mengajar, karena metode yang digunakan itu akan berpengaruh sekali terhadap berhasil tidaknya suatu tujuan yang akan dicapai tergantung pada penggunaan metode yang tepat. Penggunaan metode yang tepat dan sesuai dengan tujuan pembelajaran akan menciptakan pembelajaran yang efektif.
Setiap metode memiliki karakteristik tersendiri oleh karena itu, kita perlu memilih suatu atau beberapa metode yang sesuai untuk tercapainya tujuan pembelajaran. Jadi dalam pemilihan tersebut bukanlah salah satu metode yang digunakan secara monoton, tetapi bervariasi dan
 Jangan dikira bahwa pemilihan metode itu sembarangan. Jangan diduga bahwa penentuan metode itu tanpa harus mempertimbangkan faktor-faktor lain. Sebagai suatu cara, metode tidaklah berdiri sendiri, tetapi dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Maka itu, siapapun yang telah menjadi guru harus mengenal, memahaminya, dan digunkaan sebagai pedoman ketika akan melaksanakan pemilihan dan penentuan metode. Tanpa mengindahkan hal ini, metode yang digunakan akan sis-sia saja.
Bila ada para ahli yang mengatakan bahwa makin baik metode itu, makin efektif pula pencapaian tujuan adalah pendapat yang mengandung nilai kebenaran. Tapi jangan didukung bila ada para ahli yang mengatakan bahwa semua metode adalah baik dan tidak ada kelemahannya, karena pernyataan tersebut adalah pendapat yang keliru.
Dalam pandangan yang sudah diakui kebenarannya mengatakan, bahwa setiap metode mempunyai sifat masing-masing, baik mengenai kebaikan-kebaikannya maupun menetapkan mengenai kelemahan-kelemahannya. Guru akan lebih mudah menetapkan metode yang paling serasi untuk situasi dan kondisi yang khusus dihadapinya, jika memahami sifat-sifat masing-masing metode tersebut. Winarno Surakhmad ( 1990 ; 97) mengatakan, bahwa pemilihan dan penentuan metode dipengaruhi oleh beberapa faktor, sebagai berikut :
a.      Anak Didik
Anak didik adalah manusia berpotensi yang menghajatkan pendidikan. Di sekolah, gurulah yang berkewajiban untuk mendidiknya. Di ruang kelas guru akan berhadapan dengan sejumlah anak didik dengan latar belakang kehidupan yang berlainan. Status sosial mereka juga bermacam-macam. Demikian juga halnya mengenai jenis kelamin mereka, ada berjenis kelamin laki-laki dan ada yang berjenis kelamin perempuan. Postur tubuh mereka ada yang tinggi, sedang, dan ada pula yang rendah, usia anak didik kemampuan dan motivasinya. Pendek kata, dari aspek fisik ini selalu ada perbedaan dan persamaan pada setiap anak didik.
Jika pada aspek biologis diatas ada persamaan dan perbedaan, maka pada aspek intelektual juga ada perbedaan. Para ahli sepakat bahwa secara intelektual, anak didik selalu menunjukkan perbedaan. Hal ini terlihat dari cepatnya tanggapan anak didik terhadap rangsangan yang diberikan dalam kegiatan belajar mengajar, dan lambatnya tanggapan anak didik terhadap rangsangan yang diberikan guru. Tinggi atau rendahnya kreativitas anak didik dalam mengolah kesan dari bahan pelajaran yang baru diterima bisa dijadikan tolok ukur dari kecerdasan seorang anak. Kecerdasan seorang anak terlihat seiring dengan meningkatkannya kematangan usia anak. Daya pikir anak bergerak dari cara berpikir konkret ke arah cara berpikir abstrak. Anak-anak usia SD lebih cenderung berpikir konkret. Sedangkan anak-anak SLTP atau SLTA sudah mulai dapat berpikir abstrak. Berdasarkan IQ anak, ditentukanlah klasifikasi kecerdasan seorang dengan perhitungan tertentu. Dari IQ pula diketahui persamaan dan perbedaan kecerdasan seseorang.
Dari aspek psikologis sudah diakui ada juga perbedaan. Di sekolah, perilaku anak didik selalu menunjukkan perbedaan, ada yang pendiam, ada yang kreatif, ada yang suka bicara, ada yang tertutup ( introver ), ada yang terbuka (ekstrover ), ada yang pemurung, ada yang periang, dan sebagainya.
Semua perilaku anak didik tersebut mewarnai suasana kelas. Dinamika kelas terlihat dengan banyaknya jumlah anak dalam kegiatan belajar mengajar. Kegaduhan semakin terasa jika jumlah anak didik sangat banyak di dalam kelas. Semakin banyak jumlah anak didik di kelas, semakin mudah terjadi konflik dan cenderung sukar dikelola.
Perbedaan individual anak didik pada aspek biologis, intelektual dan psikologis sebagaimana disebutkan di atas, mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode yang mana sebaiknya guru ambil untuk menciptakan lingkungan belajar  yang kreatif dalam sekon yang relatif lama demi tercapainya tujuan pengajaran yang telah dirumuskan secara operasional. Dengan demikian jelas, kematangan anak didik yang bervariasi mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode pengajaran.
b.                  Tujuan yang ingin dicapai.
Tujuan adalah sasaran yang ditujuan dari setiap kegiatan belajar mengajar.Tujuan yang ingin dicapai ini ialah tujuan pengajaran. Tujuan pengajaran merupakan rumusan yang menggambarkan tentang perubahan tingkah laku apa yang akan diperoleh, siswa sebagai akibat dan pengajaran.Dalam system pengajaran, tujuan harus dapat memberikan gambaran yang jelas tentang bentuk tingkah laku yang diharapkan dapat dimiliki siswa. Maka dari itu tujuan harus merupakan suatu rumusan yang bersifat spesifik. Dalam menentukan tujuan yang spesifik, harus diperhatikan tiga unsure yaitu meliputi aspek kognitif, afektif dan aspek psikomotor. Tujuan yang  jelas dan spesifik akan memberikan pegangan dan petunjuk tentang metode mengajar. Hal ini sesuai dengan fungsi metode itu sendiri yaitu cara untuk mencapai tujuan. Selain itu, tujuan dalam pendidikan dan pengajaran berbagai-bagai jenis dan fungsinya. Secara hierarki tujuan itu bergerak dari yang rendah hingga yang tinggi, yaitu tujuan instruksional atau tujuan pembelajaran, tujuan kurikuler atau tujuan kurikulum, tujuan institusional, dan tujuan pendidikan nasional. Tujuan pembelajaran merupakan tujuan intermediter (antara), yang paling langsung dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Tujuan pembelajaran dikenal ada dua, yaitu TIU ( Tujuan Instruksional Umum) dan TIK (Tujuan Instruksional Khusus).
Perumusan tujuan instruksional khusus, misalnya akan mempengaruhi kemampuan yang bagaimana yang terjadi pada diri anak didik. Proses pengajaran pun dipengaruhinya. Demikian juga penyeleksian metode yang harus guru gunakan di kelas. Metode yang guru pilih harus sejalan dengan taraf kemampuan yang hendak diisi ke dalam diri setiap anak didik. Artinya, metodelah yang harus tunduk kepada kehendak tujuan dan bukan sebaliknya. Karena itu, kemampuan yang bagaimana yang dikehendaki oleh tujuan, maka metode harus mendukung sepenuhnya dan didalam pemilihan metode mengajar yang tepat untuk mencapai tujuan haruslah memperhatikan tujuan yang telah ditetapkan.
c.                   Situasi
Situasi kegiatan belajar mengajar yang guru ciptakan tidak selamanya sama dari hari ke hari. Pada suatu waktu boleh jadi guru ingin menciptakan situasi belajar mengajar di alam terbuka, yaitu di luar ruang sekolah. Maka guru dalam hal ini tentu memilih metode mengajar yang sesuai situasi yang diciptakan itu. Di lain waktu, sesuai dengan sifat bahan dan kemampuan yang ingin dicapai oleh tujuan, maka guru menciptakan lingkungan belajar anak didik secara berkelompok. Anak didik dibagi ke dalam beberapa kelompok belajar di bawah pengawasan dan bimbingan guru. Di sana semua anak didik dalam kelompok masing-masing diserahi tugas oleh guru untuk memecahkan suatu masalah. Selain itu juga sering kali seorang guru tidak dapat mengendalikan waktu, sehingga terjadi bahan pelajaran sudah selesai, tetapi waktu masih panjang. Atau sebaliknya, waktu sudah habis tetapi bahan belum tuntaa. Hal ini membawa pengaruh terhadap proses belajar mengajar. Oleh karena itu dalam metode mengajar, faktor waktu harus diperhatikan. Agar faktor waktu dapat diatur dengan sebaik-baiknya, maka diperlukan pengendalian waktu yaitu dengan menyusun jadwal dan alokasi waktu. Dalam pengajaran, alokasi waktu berpedoman dengan tujuan. Berapa banyak tujuan yang akan dicapai, serta berapa lama suatu materi dapat dipelajari siswa, seorang guru dapat membuat perincian waktu yang telah ditetapkan didalam kurikulum, sehingga proses belajar mengajar dapat sesuai dengan waktu yang telah di rencanakan. Dalam hal ini tentu saja guru telah memilih metode mengajar untuk membelajarkan anak didiknya, yaitu metode problem solving. Demikianlah, situasi yang diciptakan guru mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode mengajar.
d.                  Fasilitas dan dana yang tersedia
Fasilitas merupakan hal yang mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode mengajar. Fasilitas adalah kelengkapan yang menunjang belajar anak didik di sekolah. Lengkap tidaknya fasilitas belajar akan mempengaruhi pemilihan metode mengajar. Ketiadaan laboratorium untuk praktek IPA, misalnya, kurang mendukung penggunaan metode eksperimen atau metode demontrasi. Demikian juga halnya ketiadaan mempunyai fasilitas olahraga, tentu sukar bagi guru menerapkan metode latihan. Justru itu, keampuhan suatu metode mengajar akan terlihat jika faktor lain mendukung. Kemudian dana juga sering menjadi hambatan  masalah dalam menggunakan metode mengajar. Tidak jarang karena dana tidak tersedia, suatu metode yang dianggap baik untuk menyajikan suatu materi tidak dapat digunakan.
e.                   Guru
Dalam proses belajar mengajar, guru mempunyai tugas mendorong, membimbing, dan memberi fasilitas belajar bagi siswa dalam mencapai keberhasilan pengajaran. Salah satu faktor untuk mencapai suatu keberhsilan dalam proses belajar mengajar, guru harus dapat menerapkan suatu cara untuk tercapainya tujuan tersebut. Guru dituntut untuk dapat menggunakan berbagai metode, baik secara tunggal maupun bervariasi, dengan berpedoman dengan tujuan yang akan dicapainya.
Setiap metode mengajar  mempunyai kebaikan dan kelemahannya. Suatu metode yang baik bagi seorang guru, belum tantu baik untuk guru yang lain di dalam menyampaikan suatu materi pelajaran. Untuk menghasilkan metode yang efektif maka seorang guru harus dapat memahami dan mengerti kebaikan dan kelemahan dari masing-masing metode tersebut.
 Berdasarkan kemampuan guru dalam menggunakan dan memilih metode mengajar, maka dalam hal ini dapat menunjang tercapainya proses belajar mengajar yang efektif. Selain metode yang dipergunakan setiap guru juga mempunyai kepribadian yang berbeda. Seorang guru misalnya kurang suka berbicara, tetapi seorang guru yang lain suka berbicara. Seorang guru yang bertitel sarjana bukan pendidikan dan keguruan dibidang penguasaan ilmu kependidikan dan keguruan. Guru yang sarjana pendidikan dan keguruan barangkali lebih banyak mengasai metode-metode mengajar, karena memang dia dicetak sebagai tenaga ahli di bidang keguruan dan wajar saja dia menjiwai dunia guru.
f. Sifat materi yang akan disampaikan.
Isi proses belajar mengajar akan tercermin dalam bahan yang dipelajari oleh siswa. Hal ini akan berpengaruh terhadap metode mengajar yang akan dipilih, karena dengan mengetahui sifat materi pelajaran terlebih dahulu. Menurut pendapat E. Kusuma (1979:86) karakteristik bahan pelajaran dapat dikelompokan sebagai berikut “ Materi pelajaran dapat dikelompokan atas mata pelajaran Vokasional yaitu mata pelajaran yang membina kecakapan tertentu yang menjabat suatu jabatan dan mata pelajaran yang bersifat non vokasional atau mata pelajaran yang membina pengetahuan umum. Dengan demikian bahwa dalam memilih metode mengajar itu, haruslah melihat kaarakteristik dan bahan mata pelajaran tersebut. Karena metode yang dipergunakan untuk menyampaikan bahan pelajan rang bersifat vokasional dengan akan berbeda dengan metode yang akan digunakan untuk pelajaran yang bersifat non vokasional.
Sebagai penyegaran kembali dari inti kesan atas uraian tersebut dapatlah dibutiri faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode mengajar, yaitu anak didik,tujuan yang ingin dicapai, situasi, fasilitas dan dana yang tersedia, guru dan sifat materi yang akan disampaikan.


BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa metode mengajar mempunyai fungsi yang penting di dalam mencapai tujuan pengajaran, karena tanpa metode yang efektif tujuan pengajaran tidak akan berhasil dengan baik. Dalam pemilihan metode mengajar perlu mempertimbangkan beberapa faktor antara lain faktor tujuan yang ingin dicapai, faktor anak didik, tujuan yang ingin dicapai, situasi, fasilitas dan dana yang tersedia, guru dan sifat materi yang akan disampaikan. Setiap metode mengajar mempunyai karakteristik tersendiri yaitu berupa kelebihan dan kekurangan. Untuk menutupi kekurangan suatu metode maka metode tersebut harus digunakan secara terpadu dengan metode lainnya. Dengan demikian dalam kegiatan belajar mengajar akan terdapat beberapa metode yang digunakan secara terpadu. Pemilihan metode mengajar didasarkan atas kemampuan seorang guru dalam menggunakan metode mengajar dan sesuai dengan bahan yang diajarkan.
3.2 SARAN
            Mengingat penentuan metode dalam pembelajaran sangat penting bagi berlangsungnya proses belajar mengajar, maka guru dituntut untuk mengembangkan metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik  pembelajaran  yang akan dipakai dalam pembelajaran. Hal ini untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi pelajaran yang di berikannya. Sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dan hasil belajar peserta didik dapat ditingkatkan.
















PSIKOLOGI, PENDIDIKAN, DAN PENGAJARAN
A.DEFINISI PSIKOLOGI, PENDIDIKAN, DAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN.
1. Defenisi Psikologi
Psikologi berasal dari kata bahasa inggris pshycology dan bersumber dari bahasa yunani.Dari akar kata psyche yaitu jiwa, logos berarti ilmu. Jadi psikologi yaitu ilmu jiwa. Selain itu dapat diartikan psikologi yaitu ilmu pengetahuan yang menyelidiki dan membahas perilaku manusia baik individu maupun kelompok dalam hubungannya dengan lingkungan.
2. Pendidikan
Pendidikan yaitu proses menumbuhkembangkan seluruh kemampuan dan perilaku manusia melalui pengajaran. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pendidikan ialah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia dalam upaya pengajaran dan pelatihan.
3. Psikologi Pendidikan
Menurut Barlow definisi psikologi pendidikan ialah sebuah pengetahuan berdasarkan riset psikologi yang menyediakan serangkaian sumber-sumber untuk membantu dan melaksanakan tugas sebagai guru dalam proses belajar-mengajar secara lebih efektif. Psikologi pendidikan dapat juga diartikan sebuah disiplin psikologi yang menyelidiki masalah-masalah psikologi yang terjadi di dunia pendidikan.
B.ARTI PENTING PSIKOLOGI PENDIDIKAN
Hal-hal penting dalam penyusun mengenai psikologi pendidikan yaitu:
1.Psikologi pendidikan yaitu pengetahuan kependidikan yang didasarkan atas hasil-hasil temuan riset psikologi.
2.Hasil temuan riset psikologi kemudian menjadi konsep, teori, metode serta strategi-strategi yang utuh.
3.Konsep, teori, metode dan strategi tersebut disistematiskan hingga menjadi rangkaian sumber yang berisi pendekatan yang dapat dipilih dan digunakan untuk praktek kependidikan khususnya dalam hal belajar-mengajar.
Yang perlu kita petik dalam psikologi pendidikan yaitu: 1) proses perkembangan siswa; 2) cara belajar siswa; 3) cara menghubungkan mengajar dengan belajar; 4) pengambilan keputusan untuk pengelolaan proses belajar mengajar.

C. SEJARAH, CAKUPAN, DAN METODE PSIKOLOGI PENDIDIKAN.
1. Sejarah singkat psikologi pendidikan.
Dalam penggunaan psikologi pendidikan sudah berlangsung sejak zaman dahulu meskipun istilah psikologi pendidikan belum di kenal pada masa pemanfaatnnya belum dikenal orang. Menurut Johann Fredrich Herbart dari Jerman sebagai bapak psikologi pendidikan, Namun nama Herbart diabaikan sebagai nama sebuah aliran yaitu Herbartianisme ialah sebuah istilah khusus yang diperuntukan bagi pengetahuan yang dimiliki individu.Dalam pandangan Herbart, proses belajar atau memahami sesuatu bergantung pada pengenalan individu terhadap hubungan anta ide baru dengan pengetahuan yang telah dia miliki. Selain itu, pandangan Herbart juga menyatakan mata pelajaran yang paling jitu dalam mengembangkan watak anak yaitu sejarah. Kemudian untuk pengejaran selanjutnya adalah ilmu alam, dan pelajaran akhir yang diberikan kepada anak ialah bidang studi formal seperti; menghitung, membaca, menulis.
2. Cakupan psikologi pendidikan.
Pendidikan pada hakekatnya yaitu pelayanan yang khusus diperuntukkan bagi siswa. Oleh karena itu ruang lingkup pokok bahasan psikologi pendidikan, selain teori psikologi pendidikan sebagai ilmu, juga berbagai aspek psikologi para siswa khususnya dalam proses belajar dan proses belajar mengajar.
Secara garis besar para ahli membatasi pokok bahasan psikologi pendidikan menjadi 3 macam yaitu; 1) Mengenai belajar, yang meliputi teori, prinsip, dan ciri khas perilaku belajar siswa; 2) mengenai proses belajar, yakni tahapan perbuatan dan peristiwa terjadi dalam kkegiatan belajar siswa; 3) mengenai situasi belajar, yakni suasana dan lingkungan baik bersifat fisik maupun non fisikyang berhubungan kegiatan siswa.
3. Metode psikologi pendidikan
Pada umumnya, para ahli psikologi pendidikan melakukan riset psikologi dibidang kependidikan dengan memanfaatkan beberapa metode seperti;
1) Metode eksperimen merupakan percobaan yang dilakukan eksperimenter didalam sebuah laboraturium atau ruangan tertentu lainnya.
 2) Metode kuesioner disebut dengan metode surat menyurat karena pelaksanaan penyebaran dan pengembalian sering dikirimkan di dan dari responden melalui jasa pos. Namun, sebelum kuesioner disebarkan atau dikirimkan kepada responden yang sesungguhnya, sesorang penelitian psikologi pendidikan biasanya melakukan uji coba.
 3) Metode studi kasus ialah sebuah metode penelitian yang digunakan untuk memperoleh gambaran rinci mengenai aspek psikologi seorang siswa atau sekelompok siswa tertentu.
4) Metode penyelidikan klinis yaitu metode hanya digunakan oleh para alhli psikologi klinis atau psikiater. Metode ini terdapat prosedur diagnosis dan penggolongan penyakit kelainan jiwa serta memberi perlakuan pemulihan terhadap kelainan jiwa.
5) Metode observasi naturalistik adalah sejenis observasi yang dilakukan alamiah.
Manfaat psikologi pendidikan ialah untuk membantu para guru dan calon guru dalam memahami proses dan masalah kependidikan serta mengatasi masalah tersebut. Prinsip, konsep, dan metode psikologi pendidikan merupakan landasan berpikir dan bertindak dalam mengelola proses belajar-mengajar yang selaras dengan keadaan dan kebutuhan siswa. Guru sebaiknya memahami perkembangan dalam hubungannya dengan bekajar, mengajar, dan proses belajar-mengajar; cara belajar siswa; cara menghubungkan mengajar dengan belajar; cara mengambil keputusan untuk mengelola proses belajar-mengajar.
PROSES PERKEMBANGAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN PROSES BELAJAR.
A.DEFENISI DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN
1. Definisi perkembangan
Perkembangan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti mekar terbuka atau membentang; menjadi besar, luas, dan banyak, serta menjadi bertambah sempurna dalam hal kepribadian, pikiran, pengetahuan dan sebagainya. Perkembangan pada asasnya ialah tahapan perubahan psiko-fisik manusia yang tumbuh dan berkembang sejak lahir hingga akhir hayat.
2. Faktor yang mempengaruhi perkembangan
Dalam mempelajari perkembangan manusia diperlukan adanya perhatian khusus mengenai hal-hal seperti; 1) proses pematangan khususnya fungsi kognitif; 2) proses belajar; 3) pembawaan atau bakat.
Selain itu dapat juga aliran-aliran yang berhubungan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan siswa seperti; 1) aliran nativisme yaitu sebuah filosofi yang bersangkutan besar terhadap aliran pemikiran psikologi; 2) Aliran empirisme yaitu kebalikan dari aliran nativisme aliran ini dengan tokohnya John loke selain itu, aliran empirisme disebut juga dengan aliran lingkungan.; 3) Aliran Konvergensi merupakan gabungan antara aliran empirisme dengan aliran nativisme. Aliran ini menggabungkan arti penting heriditas pembawan dengan lingkungan sebagai faktor yang mempengaruhi perkembangan siswa.
B. PROSES, TUGAS DAN HUKUM PERKEMBANGAN.
1. Proses perkembangan
Proses yaitu dapat diartikan sebagai runtutan perubahan yang terjadi dalam perkembangan sesuatu.
Secara global, seluruh proses perkembangan individu sampai menjadi “person” (dirinya sendiri) berlangsung tiga tahapan yaitu:
a.       Tahapan proses konsepsi (pembuahan sel ovum ibu oleh seperma ayah).
b.      Tahapan proses kelahiran.
c.       Tahapan proses perkembangan individu bayi tersebut menjadi seorang pribadi yang khas.
2. Tugas dan fase perkembangan
Fase atau tahapan perkembangan kehidupan manusia berlangsung seiring dengan kegiatan belajar. Tugas belajar yang muncul setiap fase perkembangan merupakan keharusan universal dan idealnya secara otomatis.
Hal-hal yang menimbulkan tugas-tugas perkembangan ialah:
a.       Adanya kematangan fisik tertentu pada perkembangan tertentu.
b.      Adanya dorongsn cita-cita psikologi manusia yang sedang berkembang.
c.       Adanyan tuntunan kultural dari masyarakat sekitar.
Proses perkembangan dihubungkan dengan tugas-tugasnya terdiri atas fase-fase: 1) Bayi dan kanak-kanak; 2) anak-anak; 3) remaja; 4) dewasa awal; 5) setengah baya;  6) usia tua.
3. Hukum perkembangan
Hukum perkembangan yang dimaksud yaitu hukum yang mengenai sebab akibat terjadinya peristiwa perkembangan diri manusia.
Hukum perkembangan terdiri atas; 1) Hukum konvergensi (apabila pengaruh lingkungan sama besar dan kuatnya dengan pembawaan siswa, maka hasil pendidikan yang didapat siswa akan seimbang dan baik begitu pula dengan sebaliknya); 2) Pertahanan dan pengembangan diri ( memiliki dorongan dan hasrat mempertahankan diri dari hal-hal yang negatif, seperti rasa sakit, rasa tidak aman); 3) Masa peka (masa yang tepat terdapat pada diri anak untuk mengembangkan fungsi tertentu misalnya mulut untuk berbicara); 4) Keperluan belajar; 5) Kesatuan anggota badan (fungsi organ jasmaniah tidak akan terjadi tanpa diiringi proses perkembangan fungsi rohaniah); 6) Tempo perkembangan (lambat atau cepatnya proses perkembangan seseorang tidak sama dengan orang lain); 7) Irama perkembangan (perkembangan manusia tidak tetap kadang naik ataupun turun); 8) Rekapitulasi ( pengulangan atau ringkasan kehidupan organism tertentu seperti manusia yang berlangsung secara sangat lambat dalam waktu berabad-abad.
C. PERKEMBANGAN PSIKO-FISIK SISWA.
Proses-proses perkembangan meliputi;
1) Perkembangan motor yakni perkembangan yang progresif berhubungan dengan prolehan aneka ragam keterampilan fisik anak;
2) Perkembangan kognitif, yaitu perkembangan fungsi intelektual atau kemampuan otak anak;
3) perkembangan sosial dan moral ialah perkembangan mental yang berhubungan dengan perubahan-perubahan cara anak berkomunikasi dengan orang lain baik individu maupun sebagai kelompok.
D. ARTI PENTING PERKEMBANGAN KOGNITIF BAGI PROSES BELAJAR SISWA.
Arti penting yang dapat kita peroleh dari perkembangan kognitif ini yakni, Mengembangkan kecakapan kognitif (strategi belajar memahami isi materi pelajaran), Mengembangkan kecakapan afektif misalnya; kesadaran beragama yang mantap dan sikap mental beragama yang tegas sesuai dengan ajaran agama yang telah ia pahami dan yakni, mengembangkan aspek psikomotor yaitu segala bentuk tindakan jasmaniah yang mudah diamati, baik kuantitas dan kualitas. Jadi dapat disimpulkan bahwa upaya guru dalam pengembangan ranah kognitif merupakan hal yang sangat penting bagi guru untuk mengembangkan ranah psikologis dari diri siswa.


A.DEFINISI DAN CONTOH BELAJAR.
1.      Definisi Belajar
Pengertian belajar menurut beberapa ahli yaitu:
Menurut Chaplin dalam Dictionary of psicology membatasi pengertian belajar sebagai berikut; “belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman dan belajar adalah proses memperoleh respons-respons sebagai akibat adanya latihan khusus.
Menurut Biggs ada tiga macam rumusan yaitu; secara kuantitatif yaitu kegiatan pengisian atau pengembangan kemampuan kognitif dengan fakta yang sebanyak-banyaknya, secara instusional sebagai proses “validasi” atau pengabsahan terhadap penguasaan siswa atas materi-materi yang telah ia pelajari, secara kualitatif yaitu proses memperoleh arti-arti dan pemahan serta cara menafsirkan dunia disekeliling kita.jadi, dapat disimpulkan pngertian belajar berarti sebagai tahapan perubahan tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.
2.      Contoh belajar
Misalnya bayangkanlah kita berada pada ruangan yang pintu dan jendelanya terkunci rapat tetapi, kita sedang lapar daripada kita berteriak minta tolong lebih baik kita mengamati keliling ruangan itu, mengamati seluruh bagiannya, bahkan meraba sambil mencari sesuatu berkali-kali.
B. ARTI PENTING BELAJAR.
Belajar merupakan kunci dalam setiap pendidikan sehingga tanpa berlajr tak akan pernah ada pendidikan. Belajar memiliki arti penting bagi siswa dalam: 1) melaksanakan kewajiban keagamaan; 2) meningkatkan derajat kehidupan; 3) mempertahankan dan mengembangkan kehidupan.
C. BELAJAR, MEMORI, SERTA PENGETAHUAN DALAM PERSPEKTIF PSIKOLOGI DAN AGAMA
1. Perspektif Psikologi
Pada umumnya para ahli psikologi pendidikan khususnya yang tergolong ahli cognitivisit (sains kognitif) sepakat bahwa hubungan antara belajar, memori dan pengetahuan sangat erat dan tak mungkin dipisahkan. Memori biasanya diartikan sebagai ingat itu sesungguhnya berarti fungsi mental yang menangkap informasi dari stimulasi, dan merupakan sistem penyimpanan informasi dan pengetahuan di dalam otak manusia.
2 . Perspektif Agama.
Pandangan agama terhadap belajar, memori, dan pengetahuan dijelaskan tiada satu pun agama yang menjelasakn secara rinci dan operasional mengenai proses belajar, proses kerja sistem memori, dan proses dikuasainya pengetahuan dan keterampilan oleh manusia.
Adapun ragam alat fisiko-psikis, seperti yang terungkap dalam firman Tuhan, yaitu Indera pengelihatan (mata), yakni alat fisik yang berguna untuk menerima informasi visual. Indera pendengaran alat fisik berguna untuk menerima informasi verbal, kemudian akal yakni potensi kejiwaan manusia berupa sistem psikis yang kompleks untuk menyerap, mengelola, menyimpan dan memproduksi kembali item-item informasi dan pengetahuan.
D. TEORI-TEORI POKOK BELAJAR
Diantara sekian banyak teori terdapat tiga macam yang sangat menonjol yaitu;
a.       Teori koneksionisme merupakan teori yang ditemukan oleh Edward L. Thorndike .Berdasarkan eksperimen yang dilakukan menggunakan hewan-hewan terutama kucing untuk mengetahui fenomena belajar.
b.      Pembiasan kelasikal berdasarkan hasil eksperimen yang dilakukan oleh Ivan Pavlow merupakan sebuah prosedur penciptaan reflex baru dengan cara mendtangkan stimulasi sebelum terjadinya reflex tersebut.
c.       Pembiasan perilaku respon. Teori ini merupakan teori belajar yang berusia paling muda dan sangat berpengaruh kalangan para ahli psikologi masa kini.
Kelemahan-kelemahan teori-teori tersebut yakni, proses belajar itu dapat diambil secara langsung, padahal belajar adalah psoses kegiatan mental tidak dapat disaksikan dari luar kecuali sebagian gejalanya, proses belajar bersifat otomatis-mekanis, sehingga terkesan seperti gerakan mesin dan robot, padahal setiap siswa memiliki kemampuan mengarahkan diri dan pengendalian diri yang bersifat kognitif, dan ia bisa menolak jika ia tidak menghendaki, misalnya karena lelah atau berlawanan kata hati, proses belajar amnesia yang dianalogikan dengan perilaku hewan sangat sulit diterima, karena mencoloknya perbedaan karakter fisik dan psikis antara manusia dan hewan. Selain ketiga teori tersebut ada juga teori pendekatan kognitif  lebih menekankan arti penting internal, mental manusia. Dalam pandangan para ahli, tingkah laku yang tak nampak tak dapat diukur dan diterangkan tanpa melibatkan proses mental seperti; motivasi, keyakinan.
E. PROSES DAN FASE BELAJAR
1. Definisi proses belajar
Proses berasal dari bahasa latin “proccesus” berarti berjalan ke depan. Menurut Chaplin proses adalah suatu perubahan yang menyangkut tingkah laku atau kejiwaan. Dalam psikologi belajar proses yaitu cara-cara atau langkah khusus dengan beberapa perubahan ditimbulkan hingga tercapainya hasil-hasil tertentu.
2. Fase-fase dalam Proses belajar
Belajar itu merupakan aktivitas yang berproses, sudah tentu didalamnya terjadi perubahan-perubahan yang bertahap.
Menurut Jerome S. Bruner dalam proses pembelajaran siswa menempuh tiga fase yaitu: 1) Fase infomasi (tahap penerimaan materi); 2) Fase transformasi (tahap pengubahan materi); 3) Fase evaluasi (tahap penilaian materi).
Menurut Wittig dalam bukunya psychology of  Learning, setiap belajar berlangsung tiga tahapan yakni: 1) Acquasition (tahap perolehan/penerimaan informasi); 2) Storage (tahap penyimpanan informasi); 3) Retrieval (tahap mendapatkan kembali informasi).
CIRI, PERWUJUDAN, JENIS, PENDEKATAN, DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BELAJAR.
A.    CIRI KHAS PERILAKU BELAJAR.
Diantara ciri-ciri perubahan khas yang menjadi karakteristik perilaku belajar yang terpenting adalah:
1.      Perubahan itu intensional.
2.      Perubahan itu positif dan aktif.
3.      Perubahan itu efektif dan fungsional.

1.             Perubahan intensional. Perubahan yang terjadi dalam proses belajar yaitu berkat pengalaman atau peraktik yang dilakukan dengan sengaja atau didasari. Karakteristik ini merupakan siswa menyadari akan adanya perubahan yang dialami atau ia akan merasakan adanya perubahan dalam dirinya.
2.             Perubahan positif dan aktif. Perubahan proses belajar bersifat positif dan aktif. Positif berarti baik, bermanfaat. Hal ini juga bermakna bahwa perubahan tersebut merupakan penambahan, yakni diperolehnya sesuatu yang baru, yang lebih baik dari pada apa yang telah ada sebelumnya. Sedangkan perubahan aktif berarti tidak terjadi dengan sendirinya seperti karena proses kematangan, karena usaha siswa itu sendiri.
3.             Perubahan efektif dan fungsional. Didalam perubahan ini timbul karena proses belajar bersifat efektif yakni berdaya guna. Artinya perubahan tersebut membawa pengaruh, makna, dan manfaat bagi siswa. Selain itu, proses belajar bersifat fungsional berarti ia relatif menetap dan setiap saat apabila dibutuhkan, perubahan ini dapat direproduksi dan dimanfaatkan.
B. PERWUJUDAN PERILAKU BELAJAR
Perwujudan perilaku belajar biasanya lebih sering tampak dalam perubahan-perubahan yaitu;
 1) Kebiasaan. Contoh; siswa yang belajar bahasa secara berkali-kali menghindari struktur yang keliru, akhirnya akan terbiasa dengan penggunaan bahasa secara baik dan benar.
 2) Keterampilan ialah kegiatan yang berhubungan uarat-urat syaraf dan otot-otot yang tampak dalam kegiatan jasmaniah seperti menulis, berolahraga dan lain-lain;
3) Pengamatan merupakan proses menerima, menafsirkan, dan member rangsangan yang masuk melalui indra-indra seperti mata dan telinga;
 4) Berfikir asosiatif dan daya ingat berfikir asosiatif merupakan proses pembentukan hubungan antara rangsangan dengan respon sedangkan daya ingat merupakan perwujudan belajar, sebab unsure pokok dalam berfikir asosiatif.Jadi, siswa yang mengalami proses belajar ditandai dengan bertambahnya simpanan materi (pengetahuan dan pengertian)dalam memori;
5) Berfikir rasional dan kritis adalah pewujudan perilaku belajar terutama yang berkaitan dengan pemecahan masalah. Berfikir rasional siswa menggunakan logika sedangkan kritis untuk menguji kendala gagasan pemecahan masalahdan mengatasi kesalahan;
 6) Sikap. Merupakan suatu kecenderungan siswa untuk bertindak dengan cara tertentu;
7) Inhibisi. Kesanggupan siswa untuk mengurangi tindakan yang tidak perlu, lalu memilih atau melakukan tindakan lainnya yang lebih baik ketika berinteraksi dengan lingkungannya;
 8) Apresiasi. Menurut Chaplin Apresiasi ialah pertimbangan mengenai arti penting atau nilai sesuatu.
9) Tingkah laku adalah tingkah laku yang menyangkut keanekaragaman perasaan sepeti: takut, marah, sedih.
C. JENIS-JENIS BELAJAR
Dalam proses belajar dikenal dengan jenis-jinis belajar meliputi: 1) belajar abstrak tujuannya untuk mempeoleh pemahaman dan pemecahan masalah-maslah yang tidak nyata; 2) belajar keterampilan; 3) belajar sosial yitu untuk menguasai pemahaman masalah sosial seperti malasalah keluarga; 4) Belajar pemecahan masalah agar memperoleh kemampuan dan kecakapan memecahkan masalah secara rasional, lugas, tuntas; 5) Belajar rasional agar memperoleh aneka ragam kecakapan menggunakan prinsip dan konsep; 6)  Kebiasaan untuk memperoleh sikap dan kebiasaan perbuatan baru yang lebih tepat dan positif; 7) Apresiasi agar siswa mampu menghargai secara tepat terhadap nilai objek tertentu misalnya apresiasi sastra; 8) Pengetahuan agar memperoleh atau menambah informasi dan pemahaman terhadap pengetahuan tertentu.
D. EFESIENSI, PENDEKATAN, DAN METODE BELAJAR
1. Efesiensi belajar
Menurut Gie yaitu sebuah konsep yang mencerminkan perbandingan terbaik antara usaha dengan hasilnya. Ada dua macam efesiensi dicapai siswa, yakni: Pertama Efesiensi usaha belajar apabila perestasi belajar yang diinginkan dapat dicapai dengan usaha yang minimal sedangkan yang kedua yaitu efesiensi hasil belajar apabila usaha belajar tertentu memberikan prestasi belajar tinggi.
2. Ragam pendekatan belajar
Banyak pendekatan belajar dapat diajarkan kepada siswa untuk mempelajari bidang studi diantaranya: 1) Pendekatan hokum jost (siswa lebih sering memperaktekkan materi pelajaran akan lebih mudah memanggil memori lama yang berhubungan dengan materi yang ia tekuni; 2) Pendekatan Ballard & Clanchy (pendekatan belajar siswa umumnya dipengaruhi oleh sikap terhadap ilmu; 3) Pendekatan Biggs (melalui tiga bentuk yaitu permukaan/bersifat kahiriah, mendalam, pencapaian perestasi unggul).
3. Metode belajar SQ3R
Metode belajar SQ3R yaitu: survey yaitu memeriksa atau meneliti/mengidentifikasi teks, Question yaitu menyusun daftar pertanyaan dengan teks, Read berarti membaca teks secara aktif untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang telah tersusun, Recite yaitu menghafal setiap jawaban yang ditemukan, Review yaitu meninjau ulang seluruh jawaban atas pertanyaan yang tersusun pada laangkah kedua dan ketiga.
E. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BELAJAR
1. Faktor internal( faktor dari dalam siswa), yakni keadaan /kondisi jasmani & rohani.
2. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yaitu kondisi lingkungan di sekitar siswa.
3. Faktor pendekatan belajar, yakni jenis upaya belajar siswa meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi- materi pelajaran. Faktor pendekatan belajar sangat mempengaruhi hasil belajar siswa, sehingga semakin mendalam cara belajar siswa semakin baik hasilnya.

PRESTASI, LUPA, KEJENUHAN, TRANSFER, DAN KESULITAN BELAJAR.
A. DEFINISI EVALUASI BELAJAR
1. Definisi Evaluasi
Evaluasi yaitu penilaian terhadap tingkat keberhasilan siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah program. Menurut Tardif evaluasi berarti proses penilaian untuk menggambarkan prestasi dicapai siswa sesuai kriteria yang ditetapkan.
2.    Tujuan dan Fungsi Evaluasi
Tujuan evaluasi yaitu: Pertama untuk mengetahui tingkat kemajuan yang telah dicapai oleh siswa dalan kurun waktu proses belajar tertentu. Kedua untuk mengetahui kedudukan seorang siswa dalam kelompok siswanya. Ketiga yaitu untuk mengetahui tingkat usaha dilakukan siswa dalam belajar. Keempat untuk mengetahui sejauh mana siswa mendayagunakan kapasitas kemampuan yang dimilikinya. Kelima mengetahui daya dan hasil guna metode mengajar yang digunakan guru dalam proses belajar-mengajar. Sedangkan fungsinya yaitu untuk penyusunan daftar nilai dan buku raport, menetapkan kenaikan/kelulusan, mengidentifikasikan kesulitan belajar siswa dan merencanakan program pengajaran perbaikan, memasok data siswa tertentu yang memerlukan bimbingandan penyuluhan, sebagai bahan pertimbangan pengembangan pada masa yang akan datang meliputi pengembangan kurikulum, metode, dan alat-alat proses belajar-mengajar.
3.    Ragam Evaluasi
Ragam evaluasi belajar meliputi:  Pertama pre test dan post test pre test.pre test yakni kegiatan guru secara rutin setiap akan memulai penyajian materi baru sedangkan post test kebalikan dari pra tes. Kedua yaitu evaluasi prasyarat untuk mengidentifikasi penguasaan siswa atas materi lama yang mendasari materi baru yang akan diajarkan, Ketiga evaluasi diagnostik untuk mengidentifikasi bagian-bagian tertentu yang dikuasai siswa. Keempat evaluasi formatif tujuannya untuk memperoleh umpan balik yang mirip dengan evaluasi diagnostik (mengetahui penyakit/kesulitan).  Kelima evauaasi sumatif  untuk mengukur kinerja akademik atau prestasi belajar akhir periode pelaksanaan program pengajaran. Keenam ebta dan ebtanas sebagai alat penentu kenaikan status siswa lulus tidak lulusnya.

4. Syarat dan ragam alat evaluasi
Dalam the pyschologi of learning dinyatakan alat evauasi ada dua yaitu: 1) Reliabilitas berarti tahan uji/dapat dipercaya; 2) validitas berarti keabsahan/kebenaran. Ragam Alat Evaluasi meliputi; pertama bentuk obyektif meliputi; tes benar-salah, tes pilihan berganda, tes pencocokan, isian, tes pelengkapan. Yang kedua bentuk obyektif meliputi; tes esai yang tidak mengungkapkan hasil jawaban siswa tetapi cara dan jalan untuk memperueh jawaban itu, yang kedua tes esai mendorong siswa untuk berfikir kreatif, kritis, bebas, mandiri tanpa melupakan tanggungjawab.
B. LUPA DAN KEJENUHAN BELAJAR
1. Lupa dalam beajar
Lupa dalam belajar, disebabkan oleh lamanya tenggang waktu antara saat terjadinya proses belajar sebuah materi dengan saat pengungkapannya.  Lupa ialah hilangnya kemampuan untuk menyebut kembali atau memproduksi kembali apa yang sebelumnya yang telah kita pelajari.
a. Faktor-faktor penyebab lupa:  Pertama terjadi karena gangguan konflik antara item-item informasi atau materi yang ada dalam sistem memori siswa. Kedua  yaitu karena adanya tekanan terhadap item yang yang telah ada baik disengaja maupun tidak sengaja. Ketiga karena perubahan situasi lingkungan antara waktu belajar dengan waktu mengingat kembali.  Keempat karena perubahan sikap dan minat siswa terhadap proses dan situasi belajar tertentu. Kelima karena materi pelajaran siswa yang dikuasai tidak pernah digunakan. Keenam karena perubahan urat saraf otak.
b. Kiat mengurangi lupa belajar. Kiat mengurangi lupa belajar melalui Overlearning upaya belajar yang melebihi batas penguasaan dasar atas materi pelajaran tertentu, tambahan waktu belajar, alat pengait mental untuk memasukan item-item informasi kedalam sistem akal siswa, pengelompokan, latihan terbagi untuk menghindari belajar banyak materi dengan tergesa-gesa dalam waktu yang singkat, pengaruh letak bersambung untuk menysusun daftar kata-kata yang diawali dan diakhiri dengan kata-kata yang harus diingat.
2. Kejenuhan Belajar
Kejenuhan ialah padat atau penuh sehingga tidak lagi memuat apapun. Menurut Reber kejenuhan belajar yaitu rentang waktu tertentu yang digunakan untuk belajar, tetapi tidak mendatangkan hasil.
Faktor penyebab kejenuhan belajar yaitu:  Pertama karena kecemasan siswa terhadap dampak negatif yang ditimbulkan oleh keletihan itu sendiri, Kedua kecemasan siswa terhadap standar keberhasilan bidang-bidang studi tertentu yang dianggap terlalu tinggi ketika siswa merasa sedang bosan mempelajari bidang-bidang studi tadi, Ketiga siswa berada ditengah-tengah situasi kompetitif yang ketat lebih menuntut kerja intelek yang berat, Keempat siswa mempercayai konsep kinerja akademik yang optimum, sedangkan dia sendiri menilai belajarnya sendiri hanya berdasarkan ketentuan yang ia bikin sendiri.
Cara mengatasi kejenuhan belajar yaitu: Melakukan istirahat dan mengkonsumsi makanan dan minuman yang bergizi dengan takaran yang cukup banyak, Pengubahan kembali jam-jam dari hari-hari belajar yang dianggap lebih memungkinkan siswa belajar lebih giat, Pengubahan atau penataan kembali lingkungan belajar siswa meliputi; posisi meja tulis, lemari, rak buku dan lain-lain, memberikan motivasi baru agar siswa merasa terdorong untuk belajar ebih giat dari sebelumnya, siswa harus berbuat nyata (tidak menyerah atau tinggal diam) dengan cara mencoba belajar lagi.
C. TRANSFER DALAM BELAJAR
Transfer dalam belajar berarti pemindahan keterampilan hasil belajar dari situasi ke situasi lainnya. Meurut Theory of Idenyical Elment biasanya terjadi bila ada kesamaan elmen antara materi lama dengan materi baru. Menurut Gagne transfer dalam belajar digolongkan menjadi empat yaitu: pertama transfer positif yakni transfer berefek baik terhadaap kegiatan belajar selanjutnya, kedua transfer negatif yaitu berefek buruk terhadap kegiatan belajar selanjutnya, ketiga transfer vertikal yaitu berefek baik terhadap kegiatan belajar pengetahuan /keterampilan yang lebih tinggi, keempat transfer lateral berefek baik terhadap kegiatan belajar pengetahuan yang sederajat.
D. KESULITAN BELAJAR DAN ALTERNATIF PEMECAHANNYA
Setiap siswa pada prinsipnya berhak memperoleh peluang untuk mencapai kinerja akaademik yang memuaskan. Bahwa siswa itu memiliki perbedaan  kemampuan intelektual, fisk, latar belakang keluarga, kebiasaan dan pendekatan belajar yang terkadang sangat mencolok antara siswa dengan siswa lainnya.
1. Faktor-faktor kesulitan belajar
a. Faktor intern siswa diantaranya: pertama bersifat kognitif seperti rendahnya kapasitas intelektual siswa, kedua bersifat afektif seperti labilnya emosi dan sikap, ketiga bersifat psikomotor seperti terganggunya alat-alat indera pengelihatan dan pendengaran.
b. Faktor Ekstern siswa meliputi: pertama lingkungan keluarga seperti tidak harmonis antara ayah dan ibu, kedua lingkungan perkampungan/masyarakat contohnya wilayah perkampungan kumuh dan teman sepermainan, ketiga lingkungan sekolah contoh kondisi guru sertta alat-alat berkuaitas rendah.
2. Diagnosis kesulitan belajar
Menurut Weener dan Senf langkah-langkah diagnostik dalam belajar yaitu: pertama melakukan observasi kelas untuk melihat perilaku menyimpang siswa ketika mengikuti pelajaran, kedua memeriksa pendengaran dan pengelihatan siswa yang mengalami kesulitan belajar, ketiga mewawancari orang tua/wali siswa untuk mengetahui hal keluarga yang mungkin menimbulkan kesulitan belajar, keempat memberikan tes diagnostic untuk mengetahui hakikat kesulitan belajar yang dialami siswa, kelima memberikan tes kemampuan intelegensi khususnya kepada siswa yang mengalami kesulitan belajar.
3. Allternatif pemecahan kesulitan belajar
Langkah-langkah alternatif pemecahan kesulitan belajar: pertama menganalisis hasil diagnostik yakni menelaah bagian-bagian masalah dan hubungan antarabagian untuk memperoleh bagian yang benar mengenai kesulitan belajar dihadapi siswa, kedua mengidentifikasi dan menentukan bidang kecakapan tertentu yang memerlukan perbaikan, ketiga penyusun program perbaikan khususnya pengajaran perbaikan. Melaksanakan program perbaikan lebih cepat dilaksanakan tentu saja akan lebih baik. Tempat penyelenggaraan bisa dimana saja, asal tempat itu memungkinkan siswa yang memerlukan bantuan mengkonsentrasikan perhatian terhadap proses pengajaran perbaikan tersebut.
MENGAJAR
A. ARTI PENTING MENGAJAR
Dalam menjalankan tugasnya guru tidak hanya dituntut mentransfer pengetahuan atau isi pelajaran yang ia sajikan kepada siswa, tetapi juga mentransfer kecakapan karsa dan kecakapan rasa. Dalam arti yang lebih ideal mengajar yaitu membantu dan membimbing untuk memudahkan siswa unutk menjalalani proses perubahannya sendiri.
1. Defenisi Mengajar
Mengajar merupakan penyampaian pengetahuan dan kebudayaan kepada siswanya. Menurut Biggs mengajar diartikan menjadi tiga macam yakni; pertama kuantitatif (yang menyangkut jumlah pengetahuan yang diajarkan), kedua institusional (menyangkut kelembagaan/sekolah), ketiga kualitatif (menyngkut mutu hasil yang ideal).
2. Contoh mengajar
            Mengajar yaitu untuk membimbing kegiatan belajar siswa dan membimbing pengalaman belajar siswa. Membimbing kegiatan belajar dan membimbing pengalaman belajar siswa misalnya; Jika siswa sedang diajari menulis, maka siswa itulah yang seharusnya lebih banyak mendapat peluang menulis, bukan guru. Selain membimbing, mengajar juga harus berarti membantu siswa agar berkembang dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
C. PANDANGAN-PANDANGAN POKOK MENGENAI MENGAJAR
1. Mengajar sebagai Ilmu. Menurut beberapa ahli mengajar sebagai ilmu . Oleh karena itu, guru merupakan sosok pribadi manusia yang memang sengaja dibangun untuk menjadi tenaga professional yang memiliki pengetahuan dan kemampuan tinggi dalam dunia pendidikan yang tugasnya mengajar.
2. Mengajar sebagai Seni  Sebagian ahli memandang mengjar adalah seni bukan ilmu, tidak semua orang berilmu bisa menjadi guru yang piawai dalam hal mengajar.
D. MODEL DAN METODE POKOK MENGAJAR
1. Model pokok mengajar ialah cara yang berisi prosedur buku untuk melaksanakan penyajian materi pelajaran. Model-model pokok mengajar meliputi: Tahapan pengelolaan informasi, pengembangan pribadi, hubungan bermasyarakat, pengembangan prilaku.
2. Metode pokok mengajar. Metode mengajar yaitu cara yang berisi prosedur baku untuk melaksanakan pendidikan, khususnya penyajian materi pada siswa.
Ragam metode mengajar . Ragam dan jumlah metode mengajar mulai yang paling tradisional sampai yang paling modernsesungguhnya dan hampir tak dihitung dengan jari tangan. Ada empat macam ragam metode mengajar yang digunakan dari dahulu hingga sekarang meliputi:
a. Metode ceramah. Metode ceramah ialah sebuah metode mengajar dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan secara lisan kepada sejumlah siswa yang pada umumnya mengikuti secara pasif.
b. Metode diskusi. Merupakan metode mengajar yang sangat erat hubungannya dengan belajar memecahkan masalah. Metode ini biasanya melibatkan seliuruh siswa atau sejumlah siswa tertentu yang diatur dalam bentuk kelompok-kelompok.
c. Metode Demonstrasi . Merupakan metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, dan urutan melakukan kegiatan, baik secara langsung maupun penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan dan materi yang disajikan.
d. Metode ceramah plus. Metode ini digunakan untuk melakukan modifikasi penyesuaian seperlunya. Langkah-langkah yang dapat ditempuh yaitu dengan cara memadukan antara metode tersebut dengan metode-metode lainnya.
E. STRATEGI DAN TAHAPAN MENGAJAR
1. Strategi mengajar
Kata strategi berasal dari bahasa Yunani , berarti rencana tindakan yang terdiri dari seperangkat langkah untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan. Maka dapat diartikan juga strategi mengajar merupakan sejumlah langkah yang direkayasa sedemikian rupa untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu.
2. Tahapan-tahapan mengajar
Tahapan-tahapan dalam proses mengajar memiliki hubungan erat dengan penggunaan strategi mengajar. Tahapan-tahapan mengajar meliputi tiga macam yaitu; pertama tahap prainstruksional yaitu persiapan sebelum mengajar dimulai, kedua tahap instruksional yaitu tahap inti dalam proses pengajaran atau pada saat-saat mengajar, ketiga tahap evaluasi dan tindak lanjut merupakan penilaian atau hasil belajar siswa setelah mengikuti pengajaran dan penindaklanjutannya.
GURU DAN PROSES BELAJAR-MENGAJAR.
A. ARTI GURU
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia guru diartikan sebagai orang yang pekerjaannya mengajar. Selain itu Guru juga dapat diartikan tenaga pendidik yang tugas utamanya mengajar, dalam arti mengembangkan cipta, rasa, dan karsa siswa sebagai implementasi konsep ideal mendidik.
B. KARAKTERISTIK KEPRIBADIAN GURU
Karakteristik kepribadian ini meliputi: pertama Fleksibelitas Kognitif guru yang merupakan kemampuan berfikir yang diikuti dengan tindakan yang simultan dan memadai dalam situasi tertentu. Kedua yaitu keterbukaan psikologi pribadi guru dalam keterbukaan ini merupakan dasar kompetensi kemampuan dan kewenangan melaksanakan tugas /profesional  keguruan yang harus dimiliki setiap guru.

C. KOMPETENSI PROFESIONALISME GURU
Kompetensi profesionalisme guru yaitu kemampuan dan kewenangan guru dalam menjalankan profesi keguruannya. Kompetensi profesionalisme guru meliputi; pertama kompetensi Kognitif guru yaitu dalam kompetensi ini yang sering disebut dengan kompetensi ranah cipta yang merupakan kompetensi utama yang wajib dimiliki oleh setiap calon guru dan guru professional. Dalam pengetahuan ranah cipta ini dapat dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu; 1) Ilmu pengetahuan kependidikan/keguruan; 2) Ilmu pengetahuan bidang studi yang akan menjadi mata pelajaran yang akan diajarkan guru, Kedua Kompetensi Afektif guru ini bersifat tertutup dan abstrak sehingga sulit untuk diidentifikasi. Kompetensi ini sebenarnya meliputi seluruh fenomena perasaan dan emosi seperti: cinta, benci, senang dan lainnya, Ketiga kompetensi psikomotor guru. Meliputi segala keterampilan atau kecakapan yang bersifat jasmaniah yang pelaksanaannya berhubungan dengan tugasnya selaku pengajar.
D. HUBUNGAN GURU DENGAN PROSES BELAJAR MENGAJAR
Hal-hal pokok yang mengenai hubungan proses belajar mengajar meliputi;
1.Konsep dasar proses belajar-mengajar
Konsep ini meliputi pengertian komunikasi dalam proses belajar mengajar (PBM), strategi perencanaan,strategi pelaksanaan PBM, sasaran kegiatan PBM, faktor-faktor yang mempengaruhi PBM.
1) Pengertian komunikasi PBM yaitu sebuah kegiatan yang integral (utuh terpadu) antara siswa sebagai pelajar yang sedang belajar dengan sebagai pengajar yang sedang mengajar.
 2) Strategi perencanaan PBM meliputi pertama mempertimbangkan dan memilih cara atau pendekatan dasar proses belajar-mengajar yang dipandang paling efektif untuk mencapai target, kedua mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah tepat yang akan ditempuh sejak awal hingga akhir yakni tercapainya hasil PBM, ketiga  mempertimbangkan dan menetapkan kreteria (ukuran menjadi dasar) dan standar yang akan dipergunkan untuk mengevaluasi taraf keberhasilan PBM.
3) Strategi Pelaksanaan PBM. Dalam melaksanakan rencana kegiatan PBM, seharusnya pandai-pandai menentukan pendekatan sistem pengajaran yang terbagi menjadi; pertama sistem enquiry-discovery yaitu belajar penyelidikan dan penemuan, kedua sistem expository merupakan  sistem yang digunakan untuk menyajikan bahan pelajaran secara menyeluruh, lengkap dan sistematis, dengan penyampaian secara verbal, ketiga sistem humanistic education adalah sebuah sistem klasik yang bersifat global, tetapi beberapa prinsip dasarnya diambil para ahli pendidikan untuk dijadikan sebuah sistem pendekatan PBM.
4) Sasaran kegiatan PBM. Ditinjau dari sudut waktu pencapaiannya, sasaran PBM dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu: 1) Sasaran jangka pendek, seperti TPK (Tujuan Pembelajaran Khusus); 2) Sasaran jangka menengah, seperti tujuan pendidikan dasar; 3) Sasaran jangka panjang, seperti tujuan pendidikan nasional.
5) Faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar-mengajar. Faktor-faktor yang mempengaruhi PBM yaitu; pertama karakteristik siswa, kedua karakteristik guru. Ketiga interaksi dan metode, keempat karakteristik kelompok, kelima fasilitas fisik, keenam pengaruh mata pelajaran, ketujuh lingkungan luar.
2. Fungsi guru dalam proses belajar-mengajar
Pada asasnya fungsi dan peranan penting guru dalam PBM ialah direktur belajar. Artinya, setiap guru diharapkan untuk pandai-pandai mengarahkan kegiatan belajar siswa agar mencapai keberhasilan belajar sebagaimana yang telah ditetapkan dalam sasaran kegiatan PBM. Menurut Gene, setiap guru berfungsi sebagai:
a. Guru sebagai perancang pengajaran yang meliputi hal-hal yaitu; pertama memilih dan menentukan bahan pelajaran, kedua merumuskan tujuan bahan pelajaran, ketiga memilih metode penyajian bahan pelajaran yang tepat, keempat menyelenggarakan kegiatan evaluasi prestasi belajar.
b. Guru sebagai pengelola pengajaran. Yang berfungsi untuk menghendaki kemampuan guru dalam mengelola seluruh tahapan proses belajar- mengajar.
c. Guru sebagai penilai hasil evaluasi belajar. Fungsi ini menghendaki guru untuk senantiasa mengikuti perkembangan taraf kemajuan prestasi belajar atau kinerja akademik siswa dalam setia kurun waktu pembelajaran.
3. Posisi dan Ragam Guru dalam Proses Belajar-Mengajar
1. Posisi Guru dalam PBM
Menurut Clafie , guru adalah pemegang hak otoritas atas cabang-cabang ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan pendidikan. Walaupun begitu tugas guru tentu tidak hanya menuangkan ilmu pengetahuan ke dalam otak para siswa tetapi juga melatih keterampilan dan menanamkan sikap serta nilai kepada mereka.
B. Ragam Guru dalam PBM
Berdasarkan hasil riset mengenai gaya penampilan dan kepemimpinan para guru dalam mengelola PBM, ditemukan tiga ragam guru yakni: Pertama, guru otoriter. Otoriter berarti berkuasa sendiri atau sewenang-wenang. Dalam PBM, guru yang otoriter selalu mengarahkan dengan keras segala aktivitas para siswa tanpa dapat ditawar-tawar. Kedua, guru laissez-fire, padanannya adalah individualisme (paham yang menghendaki kebebasan pribadi). Guru yang berwatak ini biasanya gemar mengubah arah dan cara pengelolaan PBM secara seenaknya, sehingga menyulitkan siswa dalam mempersulitkan diri. Ketiga, guru demokratis. Arti demokratis mengandung makna memperhatikan persamaan hak dan kewajiban semua orang. Keempat, guru yang otoriatif berarti berwibawa karena adanya kewenangan baik berdasarkan kemampuan kekuasaan yang diberikan. Guru yang otoriatif adalah guru yang memiliki dasar-dasar pengetahuan baik pengetahuan bidang studi maupun pengetahuan umum.