PSIKOLOGI, PENDIDIKAN, DAN
PENGAJARAN
A.DEFINISI PSIKOLOGI, PENDIDIKAN, DAN
PSIKOLOGI PENDIDIKAN.
1.
Defenisi Psikologi
Psikologi
berasal dari kata bahasa inggris pshycology
dan bersumber dari bahasa yunani.Dari akar kata psyche yaitu jiwa, logos
berarti ilmu. Jadi psikologi yaitu ilmu jiwa. Selain itu dapat diartikan
psikologi yaitu ilmu pengetahuan yang menyelidiki dan membahas perilaku manusia
baik individu maupun kelompok dalam hubungannya dengan lingkungan.
2.
Pendidikan
Pendidikan
yaitu proses menumbuhkembangkan seluruh kemampuan dan perilaku manusia melalui
pengajaran. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
pendidikan ialah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok
orang dalam usaha mendewasakan manusia dalam upaya pengajaran dan pelatihan.
3.
Psikologi
Pendidikan
Menurut
Barlow definisi psikologi pendidikan ialah sebuah pengetahuan berdasarkan riset
psikologi yang menyediakan serangkaian sumber-sumber untuk membantu dan
melaksanakan tugas sebagai guru dalam proses belajar-mengajar secara lebih
efektif. Psikologi pendidikan dapat juga diartikan sebuah disiplin psikologi
yang menyelidiki masalah-masalah psikologi yang terjadi di dunia pendidikan.
B.ARTI PENTING PSIKOLOGI PENDIDIKAN
Hal-hal
penting dalam penyusun mengenai psikologi pendidikan yaitu:
1.Psikologi
pendidikan yaitu pengetahuan kependidikan yang didasarkan atas hasil-hasil
temuan riset psikologi.
2.Hasil
temuan riset psikologi kemudian menjadi konsep, teori, metode serta
strategi-strategi yang utuh.
3.Konsep,
teori, metode dan strategi tersebut disistematiskan hingga menjadi rangkaian
sumber yang berisi pendekatan yang dapat dipilih dan digunakan untuk praktek
kependidikan khususnya dalam hal belajar-mengajar.
Yang
perlu kita petik dalam psikologi pendidikan yaitu: 1) proses perkembangan
siswa; 2) cara belajar siswa; 3) cara menghubungkan mengajar dengan belajar; 4)
pengambilan keputusan untuk pengelolaan proses belajar mengajar.
C. SEJARAH, CAKUPAN, DAN METODE
PSIKOLOGI PENDIDIKAN.
1.
Sejarah
singkat psikologi pendidikan.
Dalam
penggunaan psikologi pendidikan sudah berlangsung sejak zaman dahulu meskipun
istilah psikologi pendidikan belum di kenal pada masa pemanfaatnnya belum
dikenal orang. Menurut Johann Fredrich Herbart dari Jerman sebagai bapak
psikologi pendidikan, Namun nama Herbart diabaikan sebagai nama sebuah aliran
yaitu Herbartianisme ialah sebuah istilah khusus yang diperuntukan bagi
pengetahuan yang dimiliki individu.Dalam pandangan Herbart, proses belajar atau
memahami sesuatu bergantung pada pengenalan individu terhadap hubungan anta ide
baru dengan pengetahuan yang telah dia miliki. Selain itu, pandangan Herbart
juga menyatakan mata pelajaran yang paling jitu dalam mengembangkan watak anak
yaitu sejarah. Kemudian untuk pengejaran selanjutnya adalah ilmu alam, dan
pelajaran akhir yang diberikan kepada anak ialah bidang studi formal seperti;
menghitung, membaca, menulis.
2.
Cakupan
psikologi pendidikan.
Pendidikan
pada hakekatnya yaitu pelayanan yang khusus diperuntukkan bagi siswa. Oleh
karena itu ruang lingkup pokok bahasan psikologi pendidikan, selain teori
psikologi pendidikan sebagai ilmu, juga berbagai aspek psikologi para siswa
khususnya dalam proses belajar dan proses belajar mengajar.
Secara
garis besar para ahli membatasi pokok bahasan psikologi pendidikan menjadi 3
macam yaitu; 1) Mengenai belajar, yang meliputi teori, prinsip, dan ciri khas
perilaku belajar siswa; 2) mengenai proses belajar, yakni tahapan perbuatan dan
peristiwa terjadi dalam kkegiatan belajar siswa; 3) mengenai situasi belajar,
yakni suasana dan lingkungan baik bersifat fisik maupun non fisikyang
berhubungan kegiatan siswa.
3. Metode
psikologi pendidikan
Pada
umumnya, para ahli psikologi pendidikan melakukan riset psikologi dibidang
kependidikan dengan memanfaatkan beberapa metode seperti;
1)
Metode eksperimen merupakan percobaan yang dilakukan eksperimenter didalam
sebuah laboraturium atau ruangan tertentu lainnya.
2) Metode kuesioner disebut dengan metode
surat menyurat karena pelaksanaan penyebaran dan pengembalian sering dikirimkan
di dan dari responden melalui jasa pos. Namun, sebelum kuesioner disebarkan
atau dikirimkan kepada responden yang sesungguhnya, sesorang penelitian
psikologi pendidikan biasanya melakukan uji coba.
3) Metode studi kasus ialah sebuah metode
penelitian yang digunakan untuk memperoleh gambaran rinci mengenai aspek
psikologi seorang siswa atau sekelompok siswa tertentu.
4)
Metode penyelidikan klinis yaitu metode hanya digunakan oleh para alhli
psikologi klinis atau psikiater. Metode ini terdapat prosedur diagnosis dan
penggolongan penyakit kelainan jiwa serta memberi perlakuan pemulihan terhadap
kelainan jiwa.
5)
Metode observasi naturalistik adalah sejenis observasi yang dilakukan alamiah.
Manfaat
psikologi pendidikan ialah untuk membantu para guru dan calon guru dalam
memahami proses dan masalah kependidikan serta mengatasi masalah tersebut. Prinsip,
konsep, dan metode psikologi pendidikan merupakan landasan berpikir dan
bertindak dalam mengelola proses belajar-mengajar yang selaras dengan keadaan
dan kebutuhan siswa. Guru sebaiknya memahami perkembangan dalam hubungannya
dengan bekajar, mengajar, dan proses belajar-mengajar; cara belajar siswa; cara
menghubungkan mengajar dengan belajar; cara mengambil keputusan untuk mengelola
proses belajar-mengajar.
PROSES PERKEMBANGAN DAN HUBUNGANNYA
DENGAN PROSES BELAJAR.
A.DEFENISI DAN FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN
1. Definisi
perkembangan
Perkembangan
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
berarti mekar terbuka atau membentang; menjadi besar, luas, dan banyak, serta
menjadi bertambah sempurna dalam hal kepribadian, pikiran, pengetahuan dan
sebagainya. Perkembangan pada asasnya ialah tahapan perubahan psiko-fisik
manusia yang tumbuh dan berkembang sejak lahir hingga akhir hayat.
2.
Faktor
yang mempengaruhi perkembangan
Dalam
mempelajari perkembangan manusia diperlukan adanya perhatian khusus mengenai
hal-hal seperti; 1) proses pematangan khususnya fungsi kognitif; 2) proses
belajar; 3) pembawaan atau bakat.
Selain
itu dapat juga aliran-aliran yang berhubungan dengan faktor-faktor yang
mempengaruhi perkembangan siswa seperti; 1) aliran nativisme yaitu sebuah
filosofi yang bersangkutan besar terhadap aliran pemikiran psikologi; 2) Aliran
empirisme yaitu kebalikan dari aliran nativisme aliran ini dengan tokohnya John
loke selain itu, aliran empirisme disebut juga dengan aliran lingkungan.; 3)
Aliran Konvergensi merupakan gabungan antara aliran empirisme dengan aliran
nativisme. Aliran ini menggabungkan arti penting heriditas pembawan dengan
lingkungan sebagai faktor yang mempengaruhi perkembangan siswa.
B. PROSES, TUGAS DAN HUKUM
PERKEMBANGAN.
1.
Proses
perkembangan
Proses
yaitu dapat diartikan sebagai runtutan perubahan yang terjadi dalam perkembangan
sesuatu.
Secara
global, seluruh proses perkembangan individu sampai menjadi “person” (dirinya sendiri) berlangsung
tiga tahapan yaitu:
a. Tahapan
proses konsepsi (pembuahan sel ovum ibu oleh seperma ayah).
b. Tahapan
proses kelahiran.
c. Tahapan
proses perkembangan individu bayi tersebut menjadi seorang pribadi yang khas.
2.
Tugas
dan fase perkembangan
Fase
atau tahapan perkembangan kehidupan manusia berlangsung seiring dengan kegiatan
belajar. Tugas belajar yang muncul setiap fase perkembangan merupakan keharusan
universal dan idealnya secara otomatis.
Hal-hal
yang menimbulkan tugas-tugas perkembangan ialah:
a. Adanya
kematangan fisik tertentu pada perkembangan tertentu.
b. Adanya
dorongsn cita-cita psikologi manusia yang sedang berkembang.
c. Adanyan
tuntunan kultural dari masyarakat sekitar.
Proses
perkembangan dihubungkan dengan tugas-tugasnya terdiri atas fase-fase: 1) Bayi
dan kanak-kanak; 2) anak-anak; 3) remaja; 4) dewasa awal; 5) setengah baya; 6) usia tua.
3.
Hukum
perkembangan
Hukum
perkembangan yang dimaksud yaitu hukum yang mengenai sebab akibat terjadinya
peristiwa perkembangan diri manusia.
Hukum
perkembangan terdiri atas; 1) Hukum konvergensi (apabila pengaruh lingkungan
sama besar dan kuatnya dengan pembawaan siswa, maka hasil pendidikan yang didapat
siswa akan seimbang dan baik begitu pula dengan sebaliknya); 2) Pertahanan dan
pengembangan diri ( memiliki dorongan dan hasrat mempertahankan diri dari
hal-hal yang negatif, seperti rasa sakit, rasa tidak aman); 3) Masa peka (masa
yang tepat terdapat pada diri anak untuk mengembangkan fungsi tertentu misalnya
mulut untuk berbicara); 4) Keperluan belajar; 5) Kesatuan anggota badan (fungsi
organ jasmaniah tidak akan terjadi tanpa diiringi proses perkembangan fungsi
rohaniah); 6) Tempo perkembangan (lambat atau cepatnya proses perkembangan
seseorang tidak sama dengan orang lain); 7) Irama perkembangan (perkembangan
manusia tidak tetap kadang naik ataupun turun); 8) Rekapitulasi ( pengulangan
atau ringkasan kehidupan organism tertentu seperti manusia yang berlangsung
secara sangat lambat dalam waktu berabad-abad.
C. PERKEMBANGAN PSIKO-FISIK SISWA.
Proses-proses
perkembangan meliputi;
1)
Perkembangan motor yakni perkembangan yang progresif berhubungan dengan
prolehan aneka ragam keterampilan fisik anak;
2)
Perkembangan kognitif, yaitu perkembangan fungsi intelektual atau kemampuan
otak anak;
3)
perkembangan sosial dan moral ialah perkembangan mental yang berhubungan dengan
perubahan-perubahan cara anak berkomunikasi dengan orang lain baik individu
maupun sebagai kelompok.
D. ARTI PENTING PERKEMBANGAN
KOGNITIF BAGI PROSES BELAJAR SISWA.
Arti
penting yang dapat kita peroleh dari perkembangan kognitif ini yakni, Mengembangkan
kecakapan kognitif (strategi belajar memahami isi materi pelajaran),
Mengembangkan kecakapan afektif misalnya; kesadaran beragama yang mantap dan
sikap mental beragama yang tegas sesuai dengan ajaran agama yang telah ia
pahami dan yakni, mengembangkan aspek psikomotor yaitu segala bentuk tindakan
jasmaniah yang mudah diamati, baik kuantitas dan kualitas. Jadi dapat
disimpulkan bahwa upaya guru dalam pengembangan ranah kognitif merupakan hal
yang sangat penting bagi guru untuk mengembangkan ranah psikologis dari diri
siswa.
A.DEFINISI DAN CONTOH BELAJAR.
1. Definisi
Belajar
Pengertian
belajar menurut beberapa ahli yaitu:
Menurut
Chaplin dalam Dictionary of psicology membatasi
pengertian belajar sebagai berikut; “belajar adalah perolehan perubahan tingkah
laku yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman dan belajar
adalah proses memperoleh respons-respons sebagai akibat adanya latihan khusus.
Menurut
Biggs ada tiga macam rumusan yaitu; secara kuantitatif yaitu kegiatan pengisian
atau pengembangan kemampuan kognitif dengan fakta yang sebanyak-banyaknya,
secara instusional sebagai proses “validasi” atau pengabsahan terhadap
penguasaan siswa atas materi-materi yang telah ia pelajari, secara kualitatif
yaitu proses memperoleh arti-arti dan pemahan serta cara menafsirkan dunia
disekeliling kita.jadi, dapat disimpulkan pngertian belajar berarti sebagai
tahapan perubahan tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil
pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.
2. Contoh
belajar
Misalnya
bayangkanlah kita berada pada ruangan yang pintu dan jendelanya terkunci rapat
tetapi, kita sedang lapar daripada kita berteriak minta tolong lebih baik kita
mengamati keliling ruangan itu, mengamati seluruh bagiannya, bahkan meraba
sambil mencari sesuatu berkali-kali.
B. ARTI PENTING BELAJAR.
Belajar
merupakan kunci dalam setiap pendidikan sehingga tanpa berlajr tak akan pernah
ada pendidikan. Belajar memiliki arti penting bagi siswa dalam: 1) melaksanakan
kewajiban keagamaan; 2) meningkatkan derajat kehidupan; 3) mempertahankan dan
mengembangkan kehidupan.
C. BELAJAR, MEMORI, SERTA
PENGETAHUAN DALAM PERSPEKTIF PSIKOLOGI DAN AGAMA
1.
Perspektif
Psikologi
Pada
umumnya para ahli psikologi pendidikan khususnya yang tergolong ahli cognitivisit (sains kognitif) sepakat
bahwa hubungan antara belajar, memori dan pengetahuan sangat erat dan tak
mungkin dipisahkan. Memori biasanya diartikan sebagai ingat itu sesungguhnya
berarti fungsi mental yang menangkap informasi dari stimulasi, dan merupakan sistem
penyimpanan informasi dan pengetahuan di dalam otak manusia.
2
. Perspektif
Agama.
Pandangan
agama terhadap belajar, memori, dan pengetahuan dijelaskan tiada satu pun agama
yang menjelasakn secara rinci dan operasional mengenai proses belajar, proses
kerja sistem memori, dan proses dikuasainya pengetahuan dan keterampilan oleh
manusia.
Adapun
ragam alat fisiko-psikis, seperti yang terungkap dalam firman Tuhan, yaitu Indera
pengelihatan (mata), yakni alat fisik yang berguna untuk menerima informasi
visual. Indera pendengaran alat fisik berguna untuk menerima informasi verbal, kemudian
akal yakni potensi kejiwaan manusia berupa sistem psikis yang kompleks untuk
menyerap, mengelola, menyimpan dan memproduksi kembali item-item informasi dan
pengetahuan.
D. TEORI-TEORI POKOK BELAJAR
Diantara
sekian banyak teori terdapat tiga macam yang sangat menonjol yaitu;
a. Teori
koneksionisme merupakan teori yang ditemukan oleh Edward L. Thorndike
.Berdasarkan eksperimen yang dilakukan menggunakan hewan-hewan terutama kucing
untuk mengetahui fenomena belajar.
b. Pembiasan
kelasikal berdasarkan hasil eksperimen yang dilakukan oleh Ivan Pavlow
merupakan sebuah prosedur penciptaan reflex baru dengan cara mendtangkan
stimulasi sebelum terjadinya reflex tersebut.
c. Pembiasan
perilaku respon. Teori ini merupakan teori belajar yang berusia paling muda dan
sangat berpengaruh kalangan para ahli psikologi masa kini.
Kelemahan-kelemahan
teori-teori tersebut yakni, proses belajar itu dapat diambil secara langsung,
padahal belajar adalah psoses kegiatan mental tidak dapat disaksikan dari luar
kecuali sebagian gejalanya, proses belajar bersifat otomatis-mekanis, sehingga
terkesan seperti gerakan mesin dan robot, padahal setiap siswa memiliki
kemampuan mengarahkan diri dan pengendalian diri yang bersifat kognitif, dan ia
bisa menolak jika ia tidak menghendaki, misalnya karena lelah atau berlawanan
kata hati, proses belajar amnesia yang dianalogikan dengan perilaku hewan
sangat sulit diterima, karena mencoloknya perbedaan karakter fisik dan psikis
antara manusia dan hewan. Selain ketiga teori tersebut ada juga teori
pendekatan kognitif lebih menekankan
arti penting internal, mental manusia. Dalam pandangan para ahli, tingkah laku
yang tak nampak tak dapat diukur dan diterangkan tanpa melibatkan proses mental
seperti; motivasi, keyakinan.
E. PROSES DAN FASE BELAJAR
1.
Definisi
proses belajar
Proses
berasal dari bahasa latin “proccesus”
berarti berjalan ke depan. Menurut Chaplin proses adalah suatu perubahan yang
menyangkut tingkah laku atau kejiwaan. Dalam psikologi belajar proses yaitu
cara-cara atau langkah khusus dengan beberapa perubahan ditimbulkan hingga
tercapainya hasil-hasil tertentu.
2.
Fase-fase
dalam Proses belajar
Belajar
itu merupakan aktivitas yang berproses, sudah tentu didalamnya terjadi
perubahan-perubahan yang bertahap.
Menurut Jerome S. Bruner dalam proses
pembelajaran siswa menempuh tiga fase yaitu: 1) Fase infomasi (tahap penerimaan
materi); 2) Fase transformasi (tahap pengubahan materi); 3) Fase evaluasi
(tahap penilaian materi).
Menurut Wittig dalam bukunya psychology of Learning, setiap belajar berlangsung tiga
tahapan yakni: 1) Acquasition (tahap
perolehan/penerimaan informasi); 2) Storage
(tahap penyimpanan informasi); 3) Retrieval
(tahap mendapatkan kembali informasi).
CIRI, PERWUJUDAN,
JENIS, PENDEKATAN, DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BELAJAR.
A.
CIRI
KHAS PERILAKU BELAJAR.
Diantara ciri-ciri perubahan khas yang
menjadi karakteristik perilaku belajar yang terpenting adalah:
1. Perubahan
itu intensional.
2. Perubahan
itu positif dan aktif.
3. Perubahan
itu efektif dan fungsional.
1.
Perubahan intensional. Perubahan yang
terjadi dalam proses belajar yaitu berkat pengalaman atau peraktik yang
dilakukan dengan sengaja atau didasari. Karakteristik ini merupakan siswa
menyadari akan adanya perubahan yang dialami atau ia akan merasakan adanya
perubahan dalam dirinya.
2.
Perubahan positif dan aktif. Perubahan
proses belajar bersifat positif dan aktif. Positif berarti baik, bermanfaat. Hal
ini juga bermakna bahwa perubahan tersebut merupakan penambahan, yakni
diperolehnya sesuatu yang baru, yang lebih baik dari pada apa yang telah ada
sebelumnya. Sedangkan perubahan aktif berarti tidak terjadi dengan sendirinya
seperti karena proses kematangan, karena usaha siswa itu sendiri.
3.
Perubahan efektif dan fungsional. Didalam
perubahan ini timbul karena proses belajar bersifat efektif yakni berdaya guna.
Artinya perubahan tersebut membawa pengaruh, makna, dan manfaat bagi siswa. Selain
itu, proses belajar bersifat fungsional berarti ia relatif menetap dan setiap
saat apabila dibutuhkan, perubahan ini dapat direproduksi dan dimanfaatkan.
B. PERWUJUDAN PERILAKU
BELAJAR
Perwujudan
perilaku belajar biasanya lebih sering tampak dalam perubahan-perubahan yaitu;
1) Kebiasaan. Contoh; siswa yang belajar
bahasa secara berkali-kali menghindari struktur yang keliru, akhirnya akan
terbiasa dengan penggunaan bahasa secara baik dan benar.
2) Keterampilan ialah kegiatan yang
berhubungan uarat-urat syaraf dan otot-otot yang tampak dalam kegiatan
jasmaniah seperti menulis, berolahraga dan lain-lain;
3)
Pengamatan merupakan proses menerima, menafsirkan, dan member rangsangan yang
masuk melalui indra-indra seperti mata dan telinga;
4) Berfikir asosiatif dan daya ingat berfikir
asosiatif merupakan proses pembentukan hubungan antara rangsangan dengan respon
sedangkan daya ingat merupakan perwujudan belajar, sebab unsure pokok dalam
berfikir asosiatif.Jadi, siswa yang mengalami proses belajar ditandai dengan
bertambahnya simpanan materi (pengetahuan dan pengertian)dalam memori;
5)
Berfikir rasional dan kritis adalah pewujudan perilaku belajar terutama yang
berkaitan dengan pemecahan masalah. Berfikir rasional siswa menggunakan logika
sedangkan kritis untuk menguji kendala gagasan pemecahan masalahdan mengatasi
kesalahan;
6) Sikap. Merupakan suatu kecenderungan siswa
untuk bertindak dengan cara tertentu;
7)
Inhibisi. Kesanggupan siswa untuk mengurangi tindakan yang tidak perlu, lalu
memilih atau melakukan tindakan lainnya yang lebih baik ketika berinteraksi
dengan lingkungannya;
8) Apresiasi. Menurut Chaplin Apresiasi ialah
pertimbangan mengenai arti penting atau nilai sesuatu.
9)
Tingkah laku adalah tingkah laku yang menyangkut keanekaragaman perasaan
sepeti: takut, marah, sedih.
C. JENIS-JENIS BELAJAR
Dalam
proses belajar dikenal dengan jenis-jinis belajar meliputi: 1) belajar abstrak
tujuannya untuk mempeoleh pemahaman dan pemecahan masalah-maslah yang tidak
nyata; 2) belajar keterampilan; 3) belajar sosial yitu untuk menguasai
pemahaman masalah sosial seperti malasalah keluarga; 4) Belajar pemecahan
masalah agar memperoleh kemampuan dan kecakapan memecahkan masalah secara
rasional, lugas, tuntas; 5) Belajar rasional agar memperoleh aneka ragam
kecakapan menggunakan prinsip dan konsep; 6)
Kebiasaan untuk memperoleh sikap dan kebiasaan perbuatan baru yang lebih
tepat dan positif; 7) Apresiasi agar siswa mampu menghargai secara tepat
terhadap nilai objek tertentu misalnya apresiasi sastra; 8) Pengetahuan agar
memperoleh atau menambah informasi dan pemahaman terhadap pengetahuan tertentu.
D. EFESIENSI, PENDEKATAN, DAN
METODE BELAJAR
1.
Efesiensi
belajar
Menurut
Gie yaitu sebuah konsep yang mencerminkan perbandingan terbaik antara usaha
dengan hasilnya. Ada dua macam efesiensi dicapai siswa, yakni: Pertama Efesiensi usaha belajar apabila
perestasi belajar yang diinginkan dapat dicapai dengan usaha yang minimal
sedangkan yang kedua yaitu efesiensi
hasil belajar apabila usaha belajar tertentu memberikan prestasi belajar
tinggi.
2.
Ragam
pendekatan belajar
Banyak
pendekatan belajar dapat diajarkan kepada siswa untuk mempelajari bidang studi
diantaranya: 1) Pendekatan hokum jost (siswa lebih sering memperaktekkan materi
pelajaran akan lebih mudah memanggil memori lama yang berhubungan dengan materi
yang ia tekuni; 2) Pendekatan Ballard & Clanchy (pendekatan belajar siswa
umumnya dipengaruhi oleh sikap terhadap ilmu; 3) Pendekatan Biggs (melalui tiga
bentuk yaitu permukaan/bersifat kahiriah, mendalam, pencapaian perestasi
unggul).
3. Metode belajar SQ3R
Metode belajar
SQ3R yaitu: survey yaitu memeriksa
atau meneliti/mengidentifikasi teks, Question
yaitu menyusun daftar pertanyaan dengan teks, Read berarti membaca teks secara aktif untuk mencari jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan yang telah tersusun,
Recite yaitu menghafal setiap jawaban yang ditemukan, Review yaitu meninjau ulang seluruh jawaban atas pertanyaan yang
tersusun pada laangkah kedua dan ketiga.
E.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BELAJAR
1. Faktor internal( faktor dari
dalam siswa), yakni keadaan /kondisi jasmani & rohani.
2. Faktor eksternal (faktor dari
luar siswa), yaitu kondisi lingkungan di sekitar siswa.
3. Faktor pendekatan belajar, yakni
jenis upaya belajar siswa meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa
untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi- materi pelajaran. Faktor
pendekatan belajar sangat mempengaruhi hasil belajar siswa, sehingga semakin
mendalam cara belajar siswa semakin baik hasilnya.
PRESTASI,
LUPA, KEJENUHAN, TRANSFER, DAN KESULITAN BELAJAR.
A.
DEFINISI EVALUASI BELAJAR
1.
Definisi
Evaluasi
Evaluasi
yaitu penilaian terhadap tingkat keberhasilan siswa mencapai tujuan yang telah
ditetapkan dalam sebuah program. Menurut Tardif evaluasi berarti proses
penilaian untuk menggambarkan prestasi dicapai siswa sesuai kriteria yang
ditetapkan.
2. Tujuan
dan Fungsi Evaluasi
Tujuan
evaluasi yaitu: Pertama untuk
mengetahui tingkat kemajuan yang telah dicapai oleh siswa dalan kurun waktu
proses belajar tertentu. Kedua untuk
mengetahui kedudukan seorang siswa dalam kelompok siswanya. Ketiga yaitu untuk mengetahui tingkat
usaha dilakukan siswa dalam belajar. Keempat
untuk mengetahui sejauh mana siswa mendayagunakan kapasitas kemampuan yang
dimilikinya. Kelima mengetahui daya
dan hasil guna metode mengajar yang digunakan guru dalam proses
belajar-mengajar. Sedangkan fungsinya yaitu untuk penyusunan daftar nilai dan buku
raport, menetapkan kenaikan/kelulusan, mengidentifikasikan kesulitan belajar
siswa dan merencanakan program pengajaran perbaikan, memasok data siswa
tertentu yang memerlukan bimbingandan penyuluhan, sebagai bahan pertimbangan
pengembangan pada masa yang akan datang meliputi pengembangan kurikulum, metode,
dan alat-alat proses belajar-mengajar.
3. Ragam
Evaluasi
Ragam
evaluasi belajar meliputi: Pertama pre test dan post test pre test.pre test yakni kegiatan guru secara
rutin setiap akan memulai penyajian materi baru sedangkan post test kebalikan dari pra
tes. Kedua yaitu evaluasi prasyarat untuk
mengidentifikasi penguasaan siswa atas materi lama yang mendasari materi baru
yang akan diajarkan, Ketiga evaluasi diagnostik untuk mengidentifikasi
bagian-bagian tertentu yang dikuasai siswa. Keempat
evaluasi formatif tujuannya untuk memperoleh umpan balik yang mirip dengan
evaluasi diagnostik (mengetahui penyakit/kesulitan). Kelima evauaasi
sumatif untuk mengukur kinerja
akademik atau prestasi belajar akhir periode pelaksanaan program pengajaran. Keenam ebta dan ebtanas sebagai alat
penentu kenaikan status siswa lulus tidak lulusnya.
4.
Syarat
dan ragam alat evaluasi
Dalam
the pyschologi of learning dinyatakan alat evauasi ada dua yaitu: 1) Reliabilitas berarti tahan uji/dapat
dipercaya; 2) validitas berarti
keabsahan/kebenaran. Ragam Alat Evaluasi meliputi; pertama bentuk obyektif meliputi; tes benar-salah, tes pilihan
berganda, tes pencocokan, isian, tes pelengkapan. Yang kedua bentuk obyektif meliputi; tes esai yang tidak mengungkapkan
hasil jawaban siswa tetapi cara dan jalan untuk memperueh jawaban itu, yang
kedua tes esai mendorong siswa untuk berfikir kreatif, kritis, bebas, mandiri
tanpa melupakan tanggungjawab.
B. LUPA DAN KEJENUHAN BELAJAR
1.
Lupa dalam beajar
Lupa
dalam belajar, disebabkan oleh lamanya tenggang waktu antara saat terjadinya
proses belajar sebuah materi dengan saat pengungkapannya. Lupa ialah hilangnya kemampuan untuk menyebut
kembali atau memproduksi kembali apa yang sebelumnya yang telah kita pelajari.
a.
Faktor-faktor penyebab lupa: Pertama terjadi karena gangguan konflik
antara item-item informasi atau materi yang ada dalam sistem memori siswa. Kedua yaitu karena adanya tekanan terhadap item yang
yang telah ada baik disengaja maupun tidak sengaja. Ketiga karena perubahan situasi lingkungan antara waktu belajar
dengan waktu mengingat kembali. Keempat karena perubahan sikap dan minat
siswa terhadap proses dan situasi belajar tertentu. Kelima karena materi pelajaran siswa yang dikuasai tidak pernah
digunakan. Keenam karena perubahan
urat saraf otak.
b.
Kiat mengurangi lupa belajar. Kiat mengurangi lupa belajar melalui Overlearning upaya belajar yang melebihi
batas penguasaan dasar atas materi pelajaran tertentu, tambahan waktu belajar,
alat pengait mental untuk memasukan item-item informasi kedalam sistem akal
siswa, pengelompokan, latihan terbagi untuk menghindari belajar banyak materi
dengan tergesa-gesa dalam waktu yang singkat, pengaruh letak bersambung untuk
menysusun daftar kata-kata yang diawali dan diakhiri dengan kata-kata yang
harus diingat.
2.
Kejenuhan
Belajar
Kejenuhan
ialah padat atau penuh sehingga tidak lagi memuat apapun. Menurut Reber kejenuhan belajar yaitu rentang
waktu tertentu yang digunakan untuk belajar, tetapi tidak mendatangkan hasil.
Faktor
penyebab kejenuhan belajar yaitu: Pertama karena kecemasan siswa terhadap
dampak negatif yang ditimbulkan oleh keletihan itu sendiri, Kedua kecemasan siswa terhadap standar
keberhasilan bidang-bidang studi tertentu yang dianggap terlalu tinggi ketika
siswa merasa sedang bosan mempelajari bidang-bidang studi tadi, Ketiga siswa berada ditengah-tengah
situasi kompetitif yang ketat lebih menuntut kerja intelek yang berat, Keempat siswa mempercayai konsep kinerja
akademik yang optimum, sedangkan dia sendiri menilai belajarnya sendiri hanya
berdasarkan ketentuan yang ia bikin sendiri.
Cara
mengatasi kejenuhan belajar yaitu: Melakukan istirahat dan mengkonsumsi makanan
dan minuman yang bergizi dengan takaran yang cukup banyak, Pengubahan kembali
jam-jam dari hari-hari belajar yang dianggap lebih memungkinkan siswa belajar
lebih giat, Pengubahan atau penataan kembali lingkungan belajar siswa meliputi;
posisi meja tulis, lemari, rak buku dan lain-lain, memberikan motivasi baru
agar siswa merasa terdorong untuk belajar ebih giat dari sebelumnya, siswa
harus berbuat nyata (tidak menyerah atau tinggal diam) dengan cara mencoba
belajar lagi.
C. TRANSFER DALAM BELAJAR
Transfer
dalam belajar berarti pemindahan keterampilan hasil belajar dari situasi ke
situasi lainnya. Meurut Theory of
Idenyical Elment biasanya terjadi bila ada kesamaan elmen antara materi
lama dengan materi baru. Menurut Gagne transfer
dalam belajar digolongkan menjadi empat yaitu: pertama transfer positif yakni transfer berefek baik terhadaap
kegiatan belajar selanjutnya, kedua
transfer negatif yaitu berefek buruk terhadap kegiatan belajar selanjutnya, ketiga transfer vertikal yaitu berefek
baik terhadap kegiatan belajar pengetahuan /keterampilan yang lebih tinggi, keempat transfer lateral berefek baik
terhadap kegiatan belajar pengetahuan yang sederajat.
D.
KESULITAN BELAJAR DAN ALTERNATIF PEMECAHANNYA
Setiap
siswa pada prinsipnya berhak memperoleh peluang untuk mencapai kinerja
akaademik yang memuaskan. Bahwa siswa itu memiliki perbedaan kemampuan intelektual, fisk, latar belakang
keluarga, kebiasaan dan pendekatan belajar yang terkadang sangat mencolok
antara siswa dengan siswa lainnya.
1.
Faktor-faktor
kesulitan belajar
a.
Faktor intern siswa diantaranya: pertama bersifat
kognitif seperti rendahnya kapasitas intelektual siswa, kedua bersifat afektif seperti labilnya emosi dan sikap, ketiga bersifat psikomotor seperti
terganggunya alat-alat indera pengelihatan dan pendengaran.
b.
Faktor Ekstern siswa meliputi: pertama
lingkungan keluarga seperti tidak harmonis antara ayah dan ibu, kedua lingkungan perkampungan/masyarakat
contohnya wilayah perkampungan kumuh dan teman sepermainan, ketiga lingkungan sekolah contoh kondisi
guru sertta alat-alat berkuaitas rendah.
2.
Diagnosis
kesulitan belajar
Menurut
Weener dan Senf langkah-langkah diagnostik dalam belajar yaitu: pertama melakukan observasi kelas untuk
melihat perilaku menyimpang siswa ketika mengikuti pelajaran, kedua memeriksa pendengaran dan
pengelihatan siswa yang mengalami kesulitan belajar, ketiga mewawancari orang tua/wali siswa untuk mengetahui hal
keluarga yang mungkin menimbulkan kesulitan belajar, keempat memberikan tes diagnostic untuk mengetahui hakikat
kesulitan belajar yang dialami siswa, kelima
memberikan tes kemampuan intelegensi khususnya kepada siswa yang mengalami
kesulitan belajar.
3.
Allternatif
pemecahan kesulitan belajar
Langkah-langkah
alternatif pemecahan kesulitan belajar: pertama
menganalisis hasil diagnostik yakni menelaah bagian-bagian masalah dan
hubungan antarabagian untuk memperoleh bagian yang benar mengenai kesulitan
belajar dihadapi siswa, kedua
mengidentifikasi dan menentukan bidang kecakapan tertentu yang memerlukan
perbaikan, ketiga penyusun program
perbaikan khususnya pengajaran perbaikan. Melaksanakan program perbaikan lebih
cepat dilaksanakan tentu saja akan lebih baik. Tempat penyelenggaraan bisa
dimana saja, asal tempat itu memungkinkan siswa yang memerlukan bantuan
mengkonsentrasikan perhatian terhadap proses pengajaran perbaikan tersebut.
MENGAJAR
A. ARTI PENTING MENGAJAR
Dalam
menjalankan tugasnya guru tidak hanya dituntut mentransfer pengetahuan atau isi
pelajaran yang ia sajikan kepada siswa, tetapi juga mentransfer kecakapan karsa
dan kecakapan rasa. Dalam arti yang lebih ideal mengajar yaitu membantu dan
membimbing untuk memudahkan siswa unutk menjalalani proses perubahannya
sendiri.
1.
Defenisi
Mengajar
Mengajar
merupakan penyampaian pengetahuan dan kebudayaan kepada siswanya. Menurut Biggs
mengajar diartikan menjadi tiga macam yakni; pertama kuantitatif (yang menyangkut jumlah pengetahuan yang
diajarkan), kedua institusional (menyangkut
kelembagaan/sekolah), ketiga
kualitatif (menyngkut mutu hasil yang ideal).
2.
Contoh
mengajar
Mengajar
yaitu untuk membimbing kegiatan belajar siswa dan membimbing pengalaman belajar
siswa. Membimbing kegiatan belajar dan membimbing pengalaman belajar siswa
misalnya; Jika siswa sedang diajari menulis, maka siswa itulah yang seharusnya
lebih banyak mendapat peluang menulis, bukan guru. Selain membimbing, mengajar
juga harus berarti membantu siswa agar berkembang dan dapat menyesuaikan diri
dengan lingkungannya.
C. PANDANGAN-PANDANGAN POKOK
MENGENAI MENGAJAR
1.
Mengajar sebagai Ilmu. Menurut beberapa ahli mengajar sebagai ilmu . Oleh
karena itu, guru merupakan sosok pribadi manusia yang memang sengaja dibangun
untuk menjadi tenaga professional yang memiliki pengetahuan dan kemampuan
tinggi dalam dunia pendidikan yang tugasnya mengajar.
2.
Mengajar sebagai Seni Sebagian ahli
memandang mengjar adalah seni bukan ilmu, tidak semua orang berilmu bisa
menjadi guru yang piawai dalam hal mengajar.
D. MODEL DAN METODE POKOK MENGAJAR
1.
Model pokok mengajar ialah cara yang berisi prosedur buku untuk melaksanakan
penyajian materi pelajaran. Model-model pokok mengajar meliputi: Tahapan
pengelolaan informasi, pengembangan pribadi, hubungan bermasyarakat,
pengembangan prilaku.
2.
Metode pokok mengajar. Metode mengajar yaitu cara yang berisi prosedur baku
untuk melaksanakan pendidikan, khususnya penyajian materi pada siswa.
Ragam
metode mengajar . Ragam dan jumlah metode mengajar mulai yang paling
tradisional sampai yang paling modernsesungguhnya dan hampir tak dihitung
dengan jari tangan. Ada empat macam ragam metode mengajar yang digunakan dari
dahulu hingga sekarang meliputi:
a.
Metode
ceramah. Metode ceramah ialah sebuah metode mengajar dengan
menyampaikan informasi dan pengetahuan secara lisan kepada sejumlah siswa yang
pada umumnya mengikuti secara pasif.
b.
Metode
diskusi. Merupakan metode mengajar yang sangat erat hubungannya dengan
belajar memecahkan masalah. Metode ini biasanya melibatkan seliuruh siswa atau
sejumlah siswa tertentu yang diatur dalam bentuk kelompok-kelompok.
c.
Metode
Demonstrasi . Merupakan metode mengajar dengan cara memperagakan
barang, kejadian, dan urutan melakukan kegiatan, baik secara langsung maupun
penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan dan materi yang
disajikan.
d.
Metode
ceramah plus. Metode ini digunakan untuk melakukan modifikasi
penyesuaian seperlunya. Langkah-langkah yang dapat ditempuh yaitu dengan cara
memadukan antara metode tersebut dengan metode-metode lainnya.
E. STRATEGI DAN TAHAPAN MENGAJAR
1.
Strategi
mengajar
Kata
strategi berasal dari bahasa Yunani , berarti rencana tindakan yang terdiri
dari seperangkat langkah untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan. Maka
dapat diartikan juga strategi mengajar merupakan sejumlah langkah yang
direkayasa sedemikian rupa untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu.
2.
Tahapan-tahapan
mengajar
Tahapan-tahapan
dalam proses mengajar memiliki hubungan erat dengan penggunaan strategi
mengajar. Tahapan-tahapan mengajar meliputi tiga macam yaitu; pertama tahap prainstruksional yaitu
persiapan sebelum mengajar dimulai, kedua
tahap instruksional yaitu tahap inti dalam proses pengajaran atau pada
saat-saat mengajar, ketiga tahap
evaluasi dan tindak lanjut merupakan penilaian atau hasil belajar siswa setelah
mengikuti pengajaran dan penindaklanjutannya.
GURU DAN PROSES BELAJAR-MENGAJAR.
A. ARTI GURU
Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia guru diartikan sebagai orang yang pekerjaannya
mengajar. Selain itu Guru juga dapat diartikan tenaga pendidik yang tugas
utamanya mengajar, dalam arti mengembangkan cipta, rasa, dan karsa siswa
sebagai implementasi konsep ideal mendidik.
B. KARAKTERISTIK KEPRIBADIAN GURU
Karakteristik
kepribadian ini meliputi: pertama Fleksibelitas
Kognitif guru yang merupakan kemampuan berfikir yang diikuti dengan tindakan
yang simultan dan memadai dalam situasi tertentu. Kedua yaitu keterbukaan psikologi pribadi guru dalam keterbukaan ini
merupakan dasar kompetensi kemampuan dan kewenangan melaksanakan tugas
/profesional keguruan yang harus
dimiliki setiap guru.
C. KOMPETENSI PROFESIONALISME GURU
Kompetensi
profesionalisme guru yaitu kemampuan dan kewenangan guru dalam menjalankan
profesi keguruannya. Kompetensi profesionalisme guru meliputi; pertama kompetensi Kognitif guru yaitu
dalam kompetensi ini yang sering disebut dengan kompetensi ranah cipta yang
merupakan kompetensi utama yang wajib dimiliki oleh setiap calon guru dan guru professional.
Dalam pengetahuan ranah cipta ini dapat dikelompokkan menjadi dua kategori
yaitu; 1) Ilmu pengetahuan kependidikan/keguruan; 2) Ilmu pengetahuan bidang
studi yang akan menjadi mata pelajaran yang akan diajarkan guru, Kedua Kompetensi Afektif guru ini
bersifat tertutup dan abstrak sehingga sulit untuk diidentifikasi. Kompetensi
ini sebenarnya meliputi seluruh fenomena perasaan dan emosi seperti: cinta, benci,
senang dan lainnya, Ketiga kompetensi
psikomotor guru. Meliputi segala keterampilan atau kecakapan yang bersifat
jasmaniah yang pelaksanaannya berhubungan dengan tugasnya selaku pengajar.
D. HUBUNGAN GURU DENGAN PROSES
BELAJAR MENGAJAR
Hal-hal
pokok yang mengenai hubungan proses belajar mengajar meliputi;
1.Konsep
dasar proses belajar-mengajar
Konsep
ini meliputi pengertian komunikasi dalam proses belajar mengajar (PBM), strategi
perencanaan,strategi pelaksanaan PBM, sasaran kegiatan PBM, faktor-faktor yang
mempengaruhi PBM.
1)
Pengertian komunikasi PBM yaitu sebuah kegiatan yang integral (utuh terpadu)
antara siswa sebagai pelajar yang sedang belajar dengan sebagai pengajar yang
sedang mengajar.
2) Strategi perencanaan PBM meliputi pertama
mempertimbangkan dan memilih cara atau pendekatan dasar proses belajar-mengajar
yang dipandang paling efektif untuk mencapai target, kedua mempertimbangkan dan
menetapkan langkah-langkah tepat yang akan ditempuh sejak awal hingga akhir
yakni tercapainya hasil PBM, ketiga mempertimbangkan
dan menetapkan kreteria (ukuran menjadi dasar) dan standar yang akan dipergunkan
untuk mengevaluasi taraf keberhasilan PBM.
3)
Strategi Pelaksanaan PBM. Dalam melaksanakan rencana kegiatan PBM, seharusnya
pandai-pandai menentukan pendekatan sistem pengajaran yang terbagi menjadi; pertama sistem enquiry-discovery yaitu belajar penyelidikan dan penemuan, kedua sistem expository merupakan sistem
yang digunakan untuk menyajikan bahan pelajaran secara menyeluruh, lengkap dan
sistematis, dengan penyampaian secara verbal, ketiga sistem humanistic
education adalah sebuah sistem klasik yang bersifat global, tetapi beberapa
prinsip dasarnya diambil para ahli pendidikan untuk dijadikan sebuah sistem
pendekatan PBM.
4)
Sasaran kegiatan PBM. Ditinjau dari sudut waktu pencapaiannya, sasaran PBM
dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu: 1) Sasaran jangka pendek, seperti TPK
(Tujuan Pembelajaran Khusus); 2) Sasaran jangka menengah, seperti tujuan
pendidikan dasar; 3) Sasaran jangka panjang, seperti tujuan pendidikan
nasional.
5)
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar-mengajar. Faktor-faktor yang
mempengaruhi PBM yaitu; pertama
karakteristik siswa, kedua
karakteristik guru. Ketiga interaksi
dan metode, keempat karakteristik
kelompok, kelima fasilitas fisik, keenam pengaruh mata pelajaran, ketujuh lingkungan luar.
2.
Fungsi
guru dalam proses belajar-mengajar
Pada
asasnya fungsi dan peranan penting guru dalam PBM ialah direktur belajar.
Artinya, setiap guru diharapkan untuk pandai-pandai mengarahkan kegiatan
belajar siswa agar mencapai keberhasilan belajar sebagaimana yang telah
ditetapkan dalam sasaran kegiatan PBM. Menurut Gene, setiap guru berfungsi
sebagai:
a.
Guru sebagai perancang pengajaran yang meliputi hal-hal yaitu; pertama memilih dan menentukan bahan
pelajaran, kedua merumuskan tujuan
bahan pelajaran, ketiga memilih
metode penyajian bahan pelajaran yang tepat, keempat menyelenggarakan kegiatan evaluasi prestasi belajar.
b.
Guru sebagai pengelola pengajaran. Yang berfungsi untuk menghendaki kemampuan
guru dalam mengelola seluruh tahapan proses belajar- mengajar.
c.
Guru sebagai penilai hasil evaluasi belajar. Fungsi ini menghendaki guru untuk
senantiasa mengikuti perkembangan taraf kemajuan prestasi belajar atau kinerja
akademik siswa dalam setia kurun waktu pembelajaran.
3.
Posisi
dan Ragam Guru dalam Proses Belajar-Mengajar
1.
Posisi Guru dalam PBM
Menurut
Clafie , guru adalah pemegang hak otoritas atas cabang-cabang ilmu pengetahuan
yang berhubungan dengan pendidikan. Walaupun begitu tugas guru tentu tidak
hanya menuangkan ilmu pengetahuan ke dalam otak para siswa tetapi juga melatih
keterampilan dan menanamkan sikap serta nilai kepada mereka.
B.
Ragam Guru dalam PBM
Berdasarkan
hasil riset mengenai gaya penampilan dan kepemimpinan para guru dalam mengelola
PBM, ditemukan tiga ragam guru yakni: Pertama,
guru otoriter. Otoriter berarti berkuasa sendiri atau sewenang-wenang.
Dalam PBM, guru yang otoriter selalu mengarahkan dengan keras segala aktivitas
para siswa tanpa dapat ditawar-tawar.
Kedua, guru laissez-fire, padanannya adalah individualisme (paham yang
menghendaki kebebasan pribadi). Guru yang berwatak ini biasanya gemar mengubah
arah dan cara pengelolaan PBM secara seenaknya, sehingga menyulitkan siswa
dalam mempersulitkan diri. Ketiga, guru
demokratis. Arti demokratis mengandung makna memperhatikan persamaan hak dan
kewajiban semua orang. Keempat, guru
yang otoriatif berarti berwibawa karena adanya kewenangan baik berdasarkan
kemampuan kekuasaan yang diberikan. Guru yang otoriatif adalah guru yang
memiliki dasar-dasar pengetahuan baik pengetahuan bidang studi maupun
pengetahuan umum.