TUGAS
SIWA SIDDHANTA I
TENTANG SIWA
Siwa merupakan salah satu dewa dari tiga utama (Tri
Murti) dalam Agama Hindu. Kata dari Siwa yang berasal dari bahasa sansekerta.
Kata dari Siwa ialah menyenangkan, memberi banyak harapan, membahagiakan, yang
baik hati. Dalam ajaran Agama
Hindu Dewa Siwa sebagai dewa pelebur (aspek pralaya
atau pralina dari alam semesta
beserta isinya). Oleh umat Hindu Bali,
Dewa Siwa dipuja di Pura Dalem, sebagai dewa yang mengembalikan manusia ke
unsurnya, menjadi Panca Maha Bhuta.
Dalam pengider Dewata Nawa Sangga (Nawa Dewata), Dewa Siwa menempati
arah tengah dengan warna panca warna. Ia bersenjata padma dan mengendarai lembu Nandini. Aksara sucinya I dan Ya. Ia dipuja di Pura Besakih.
PENAMPILAN SIWA DAPAT DIGAMBARKAN
SEBAGAI BERIKUT.
Gambar
diatas adalah Gambar Dewa Siwa yang digambarkan dalam bentuk manusia tubuhnya
telanjang dan dia hanya mengenakan busana kain dari kulit macan dan kulit gajah
untuk selimut. Tubuh yang telanjang melambangkan bahwa ia bebas dari keterikatan
pada benda material di dunia (Pandit, 2006:207). Tubuh yang berwarna biru
merupakan alam semesta semua beracun (maya/palsu). Siwa dikatakan berambut ikal
yang digelung yang berwarna merah karena ia dikenal dengan nama Kapardi (Pasek,
2012:60). Dewa Siwa memilikiu tiga mata (Trinetra). Dua matanya pada bagian
kiri dan kanan melambangkan aktifitas fisiknya di dunia. Yang lagi satu di
dahinya melambangkan pengetahuan (jnana) yang disebut dengan mata kebijaksanaan
atau pengetahuan. Untuk kekuatan pandangan mata ketiga siwa menghancurkan
kejahatan dan ini adalah alasan mengapa orang berbuat kejahatan sangat takut
dengan mata ketiga-Nya (Pandit, 2006:207).
Kekuatan
penghancur Siwa dilambangkan oleh ular disekitar lehernya, selain itu ular
dinyatakan sebagai kelincahan. Trisula diperlihatkan berdiri tegak
disampingnya. Sebuah Trisula memiliki tiga ujung, yang menandakan tiga sifat
alam yaitu Sattva (keaktifan), rajas (kegiatan) dan tamas (ketidakaktifan). Trisula
melambangkan senjata yang digunakan Dewa untuk menghancurkan kejahatan dan
ketidak perdulian di dunia. Sebuah damaru
(kendang kecil) yang melambangkan suara yang bergetar seperti yang dibuatkan
dalam kitab Hindu suara yang bergetar dari suku kata Om yang suci dipercaya
sebagai sumber penciptaan (Pandit, 2006:208). Untuk senjatanya yang lain
disebut dengan Pinaka, oleh karena itu Siwa disebut juga dengan nama
Pinakapani. Disamping memegang Pinaka, ia juga memegang tasbih, dan kalungan
bunga yang terbuat dari tengkorak manusia melingkar di leher-Nya. Kemudian
genitri menjelaskan tentang evolusi yaitu adanya siang dan malam. Kulit harimau
yang menjadi tempat duduk dewa melambangkan ia adalah sumber dari kekuatan yang
pasti yang ia kendalikan sesuai dengan keinginan-Nya.
Bulan
sabit (Ardhacandra) yang terlihat pada kepala dewa Siwa yang dijadikan sebagai
hiasan dan bukan menjadi bagian dari tubuh-Nya.Pembahasan dan penegcilan bulan
melambangkan siklus waktu dimana penciptaan ada didalamnya dari awal sampai
akhir dan kembali ke awal lagi.Bulan juga melambangkan sifat hati seperti
cinta, kebaikan dan kasih. Bulan sabit yang dekat dengan kepala dewa memiliki
makna bahwa seorang pemuja harus mengembangkan sifat-sifat ini agar dapat lebih
dekat dengan dewa (Pandit, 2006:208). Kendi yang ada disamping-Nya melambangkan
kesejahteraan dan membersihkan.
Siwa dinyatakan sebagai Agni karena Siwa
dapat menghancurkan segala sesuatu yang berkaitan dengan Agni. Baik Siwa maupun
kendaraannya, Nandini (sapi) yang berwarna putih, makna warna putih itu
menunjukkan kekuasaan untuk mengawasi proses peleburan kembali disamping itu
melambangkan kekuatan dan ketidakperdulian. Siwa mengendarai sapi menandakan
bahwa Siwa menghilangkan ketidakperdulian dan menganugrahkan kekuatan
kebijaksanaan pada pemujanya. Sapi dalam bahasa sansekertanya Vresa yang berarti Dharma (kebenaran).
Ssehingga sapi disamping Siwa melambangkan persahabatan abadi dan kebenaran.
Nandi juga melambangkan kesadaran seseorang (srsta purusa) atau manusia sempurna, yang terserap secara permanen
dalam pandangan kenyataan (Pandit, 2006:208-209). Pemuja terhadap Siwa
sangatlah terkenal diantara orang Hindu, terutama diantara Pasupata, Saivist, Kaladamana, dan tradisi Kapalika. Siwa juga disebut dengan nama lain seperti Sangkara, Mahadewa, Rudra, Iswara, dan Nilakantha (Pandit, 2006:210).
Didalam kitab-kitab
Purana mendapat informasi tentang Sang Hyang Siwa memperoleh berbagai hiasan
tersebut. Istri para rsi terpikat kepada Siva, yang sekali waktu tampil dengan
mengenakan pakaian seperti peminta-minta. Para rsi sangat marah terhadap Siva
atas penampilannya itu dan ingin membunuhnya, dari lobang yang digali, muncul
seekor harimau. Siva membunuh harimau itu dan mengambil kulitnya. Seekor
menjangan mengikuti harimau muncul dilubang itu. Siva memegang binang itu
dengan tangan kirinya. Selanjutnya muncul dari lobang itu tongkat besi panas
berwarna merah. Siwa mengambil tongkat itu menjadikan senjatanya. Terakhir dari
lobang itu muncul beberapa ekor ular kobra dan Siwa mengambil ular dan
mengenakannya sebagai hiasan.
Suatu hari Raksasa bernama
Gaya menyamar dalam wujud seekor gajah dan menangkap seorang pandita yang
melarikan diri dan memohon perlindungan disebuah pura Siva. Siva muncul dan
membunuh gajah tersebut, kemudian mengambil kulitnya dikenakan di badannya.
Suatu hari Siva mengenakan beberapa ekor ular sebagai anting-antingnya, maka
dari itu ia dikenal dengan dengan nama Nagakundala.
Brahma meminta kepada Rudra untuk menciptakan manusia, dan permintaan itu
dipenuhinya, tetapi manusia ciptaannya menjadi manusia yang sangat bengis.
Brahma khawatir terhadap makhluk itu akan memakan makhluk-makhluk lainnya.
Brahma yang gemetar karena ketakutan meminta kepada Rudra untuk menghentikan
penciptaan manusia itu dan meminta menciptakan yang lain. Selanjutnya Rudra
mulai mempraktekan tapa (Pasek, 2012:60-61).
DAFTAR
PUSTAKA
Gunawan,
I Ketut Pasek. 2012. Pengantar Bahan Ajar
Siva Siddhanta I. Denpasar: Fakultas Dharma Acarya Institut Hindu Dharma
Negeri Denpasar.
Pandit,
Bansi. 2006. Pemikir Hindu Pokok-Pokok
Pikiran Agama Hindu dan Fisafatnya untuk semua umur. Surabaya: Paramita.
Anonim,
2012. “Siwa”. Tersedia pada http://idwikipedia.org/wiki/siwa. diakses tanggal (29 Maret 2012)
No comments:
Post a Comment