BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Latar
belakang pendidikan guru diakui mempengaruhi kompetensi. Kurangnya penguasaan
terhadap berbagai jenis metode menjadi kendala dalam memilih dan menentukan
metode. Itulah yang biasanya dirasakan oleh mereka yang bukan
berlatar-belakangkan pendidikan guru. Apalagi belum memiliki pengalaman
mengajar yang memadai. Sungguhpun begitu, baik dia berlatar belakang pendidikan
guru maupun dia yang berlatar belakang bukan pendidikan guru, dan sama-sama
minim pengalaman mengajar di kelas, cenderung sukar memilih metode yang tepat.
Tetapi ada juga yang tepat memilihnya, namun dalam pelaksanaannya menemui
kendala, disebabkan labilnya kepribadian dan dangkalnya penguasaan atas metode
yang digunakan. Dengan demikian, dapatlah dipahami bahwa kepribadian, latar
belakang pendidikan, dan pengalaman mengajar adalah permasalahan intern guru
yang dapat mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode mengajar.
Dengan
adanya pemilihan dan penentuan metode yang tepat seorang guru hendaknya mengetahui
fungsi-fungsi dalam menentukan metode yang yang harus di terapkan kepada
peserta didik di dalam kelas baik itu sebagai pendorong dalam kegiatan belajar
mengajar, sebagai strategi mengajar, sebagai alat untuk mencapai tujuan.Metode
yang dipergunakan dalam belajar mengajar bermacam-macam metode dan banyak
permasalahan yang telah di temukan dalam proses belajar mengajar baik dari segi
faktor anak didik, tujuan yang ingin dicapai, situasi, fasilitas dan dana yang
tersedia, Guru, sifat materi yang akan ingin disampaikan. Maka dari itu guru
diharapkan agar mengetahui fungsi-fungsi serta faktor-faktor yang
mempengaruhinya agar dalam penentuan suatu metode dalam mengajar dapat
menggairahkan belajar anak didik untuk mencapai tujuan pengajaran.
1.2
Rumusan Masalah
1.2.1 Apakah fungsi-fungsi dari metode mengajar?
1.2.2 Apakah Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan
Metode Mengajar?
1.3
Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui fungsi-fungsi dari metode
mengajar.
1.3.2 Untuk mengetahui faktor-faktor yang harus
mempertimbangkan dalam menentukan Metode mengajar.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Fungsi-fungsi Metode Mengajar.
Kegiatan
belajar mengajar tidak bisa terlepas dari penggunaan suatu Metode Mengajar. Metode
yang berasal dari Bahasa Yunani “Methodos” yang berarti cara atau jalan yang
ditempuh. Maka metode menyangkut masalah kerja untuk dapat memahami objek yang
menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Fungsi dari metode berarti sebagai alat
untuk mencapai tujuan. Sedangkan pengertian dari mengajar yaitu membantu dan
membimbing untuk memudahkan siswa unutk menjalalani proses perubahannya
sendiri.
Kemudian
menurut Biggs (1991) mengajar diartikan
menjadi tiga macam yakni;
Kuantitatif
Mengajar diartikan sebagai transmission of knowledge, yakni penyebaran pengetahuan. Dalam hal ini, guru hanya perlu menguasai pengetahuan bidang studinya dan menyampaikan kepada peserta didik dengan sebaik-baiknya. Masalah berhasil atau tidaknya peserta didik bukan tanggung jawab pendidik.
Mengajar diartikan sebagai transmission of knowledge, yakni penyebaran pengetahuan. Dalam hal ini, guru hanya perlu menguasai pengetahuan bidang studinya dan menyampaikan kepada peserta didik dengan sebaik-baiknya. Masalah berhasil atau tidaknya peserta didik bukan tanggung jawab pendidik.
Institusional
Mengajar adalah penataan segala kemampuan mengajar secara efisien. Dalam hal ini, pendidik dituntut untuk selalu siap menyesuaikan berbagai teknik mengajar terhadap peserta didik yang memiliki berbagai macam tipe belajar, bakat, kemampuan, dan kebutuhan.
Mengajar adalah penataan segala kemampuan mengajar secara efisien. Dalam hal ini, pendidik dituntut untuk selalu siap menyesuaikan berbagai teknik mengajar terhadap peserta didik yang memiliki berbagai macam tipe belajar, bakat, kemampuan, dan kebutuhan.
Kualitatif
Mengajar adalah upaya memfasilitasi pembelajaran (facilitation of learning), yaitu upaya membantu memudahkan kegiatan belajar peserta didik mencari makna dan pemahamannya sendiri.
Mengajar adalah upaya memfasilitasi pembelajaran (facilitation of learning), yaitu upaya membantu memudahkan kegiatan belajar peserta didik mencari makna dan pemahamannya sendiri.
Adapun
beberapa ahli yang mengatakan bahwa mengajar dikatakan sebagai sebagai ilmu .
Oleh karena itu, guru merupakan sosok pribadi manusia yang memang sengaja
dibangun untuk menjadi tenaga professional yang memiliki pengetahuan dan
kemampuan tinggi dalam dunia pendidikan yang tugasnya mengajar. Mengajar sebagai
Seni Sebagian ahli memandang mengjar
adalah seni bukan ilmu, tidak semua orang berilmu bisa menjadi guru yang piawai
dalam hal mengajar.
Dari
definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa mengajar merupakan suatu cara dan
sebuah proses hubungan timbal balik antara siswa dan guru yang sama-sama aktif
melakukan kegiatan.
Jadi
disini dapat disimpulkan bahwa Metode mengajar yaitu salah satu komponen yang
harus ada dalam kegiatan pembelajaran, yang pada dasarnya metode mengajar ini
merupakan teknik yang digunakan didalam
melakukan interaksi dengan siswa disaat proses kegiatan belajar mengajar.
Metode mengajar memiliki beberapa
fungsi sebagai berikut.
1.
Metode sebagai Alat motivasi Ekstrinsik
Sebagai
salah satu komponen pengajaran, metode menempati peranan yang tidak kalah petingnya
dari komponen lainnya dalam kegiatan belajar mengajar. Tidak ada satupun
kegiatan belajar mengajar yang tidak menggunakan metode pengajaran. Ini berarti
guru memahami benar kedudukan metode sebagai alat motivasi ekstrinsik dalam
kegiatan belajar mengajar. Motivasi ekstrinsik menurut Sardiman. A.M (1988;90)
adalah motif – motif yang aktif dan berfungsinya, karena adanya perangsang dari
luar. Karena itu, metode berfungsi sebagai alat perangsang dari luar yang dapat
membangkitkan belajar seseorang. Salah satu masalah yang dihadapi oleh guru
untuk menyelenggarakan pengajaran adalah bagaimana memotivasi atau menumbuhkan
motivasi dalam diri peserta didik secara secara efektif. Keberhasilan suatu
pengajaran sangat dipengaruhi oleh adanya penyediaan motivasi atau dorongan.
Beberapa
kesukaran yang dialami oleh seorang guru untuk memotivasi peserta didik,
misalnya:
- Realitas bahwa guru belum
memahami sepenuhnya akan motif.
- Motif itu sendiri bersifat perseorangan.
- Tida ada alat, metode, atau
teknik tertentu yang dapat memotivasi peserta didik dengan cara yang sama
atau dengan hasil yang sama.
Sebaiknya
guru menyadari fungsi motivasi itu sebagai proses, yang memiliki fungsi berikut
ini:
- Memberi semangat dan
mengaktifkan peserta didik supaya tetap berminat dan siaga.
- Memusatkan perhatian peserta
didik pada tugas-tugas tertentu yang berhubungan dengan pencapaian tujuan
belajar.
- Membantu memenuhi kebutuhan
akan hasil jangka pendek dan hasil jangka panjang.
Beberapa
cara untuk menumbuhkan motivasi adalah melalui cara yang belajar yang
bervariasi, mengadakan pengulangan informasi, memberikan stimulus baru misalnya
melalui pertanyaan-pertanyaan kepada peserta didik, memberi kesempatan peserta
didik untuk menyalurkan keinginan belajarnya, menggunakan media dan alat bantu
yang menarik perhatian peserta didik, seperti gambar, foto, diagram, dan
sebagainya.
2. Metode Sebagai Strategi
Pengajaran
Dalam kegiatan belajar mengajar tidak semua anak didik mampu
berkonsentrasi dalam waktu yang relatif lama. Daya serap anak didik terhadap
bahan yang diberikan juga bermacam – macam, ada yang cepat, ada yang sedang, dan
ada yang lambat. Faktor intelegensi mempengaruhi daya serap anak didik terhadap
bahan pelajaran yang diberikan oleh guru. Cepat lambatnya penerimaan anak didik
terhadap bahan pelajaran yang diberikan menghendaki pemberian waktu yang
bervariasi, sehingga penguasaan penuh dapat tercapai.
Penggunaan metode
dalam pembelajaran berfungsi sebagai strategi yang digunakan untuk pengelolaan
kelas yang memiliki karakteristik siswa yang berbeda dan berasal dari berbagai
keadaan sosial, budaya dan latar belakang yang berbeda. Oleh karena itu, dengan
penggunaan metode pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar akan dapat
mencapai tujuan yang diinginkan dalam proses belajar mengajar.
3. Metode sebagai alat untuk
mencapai tujuan
Tujuan adalah suatu cita – cita yang akan dicapai dalam
kegiatan belajar mengajar. Tujuan
adalah pedoman yang memberi arah kemana kegiatan belajar mengajar akan dibawa.
Metode adalah pelicin jalan pengajaran menuju tujuan. Ketika tujuan dirumuskan
agar anak didik memiliki keterampilan tertentu, maka metode yang digunakan
harus sesuai dengan tujuan. Antara metode dan tujuan jangan bertolak belakang.
Artinya, metode harus menunjang pencapaian tujuan pengajaran. Bila tidak, maka
akan sia – sialah tujuan tersebut. Penerapan metode yang sesuai dengan tujuan
pembelajaran akan dapat meningkatkan hasil belajar siswa karena dengan
penerapan metode yang tepat akan memudahkan siswa untuk menerima materi
pelajaran yang diajarkan.
Keberhasilan guru
dalam mengajar terlihat jika
siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Keberhasilan kegiatan belajar mengajar tidak bisa terlepas dari penggunaan
suatu metode karena dengan penggunaan metode yang tepat dalam pembelajaran akan
dapat menciptakan pembelajaran yang efektif dan berdampak bagi hasil belajar
siswa. Oleh karena itu guru harus
pintar-pintar memilih metode yang sesuai dengan tujuan pembelajaran sehingga
siswa dapat mencapai hasil belajar sesuai dengan yang diharapkan.
2.2
Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan
dalam Menentukan Metode Mengajar.
Metode
mengajar merupakan syarat mutlak yang harus disertakan dalam proses belajar
mengajar, karena metode mengajar merupakan cara atau proses mencapai tujuan
pengajaran yaitu tujuan yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa dalam kegiatan
belajar.
Setiap
guru yang akan menyajikan materi pelajaran kepada anak didiknya, perlu memahami
arti, peranan serta penggunaan metode mengajar, karena metode yang digunakan
itu akan berpengaruh sekali terhadap berhasil tidaknya suatu tujuan yang akan
dicapai tergantung pada penggunaan metode yang tepat. Penggunaan metode yang
tepat dan sesuai dengan tujuan pembelajaran akan menciptakan pembelajaran yang
efektif.
Setiap
metode memiliki karakteristik tersendiri oleh karena itu, kita perlu memilih
suatu atau beberapa metode yang sesuai untuk tercapainya tujuan pembelajaran.
Jadi dalam pemilihan tersebut bukanlah salah satu metode yang digunakan secara
monoton, tetapi bervariasi dan
Jangan dikira bahwa pemilihan metode itu
sembarangan. Jangan diduga bahwa penentuan metode itu tanpa harus
mempertimbangkan faktor-faktor lain. Sebagai suatu cara, metode tidaklah
berdiri sendiri, tetapi dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Maka itu, siapapun
yang telah menjadi guru harus mengenal, memahaminya, dan digunkaan sebagai
pedoman ketika akan melaksanakan pemilihan dan penentuan metode. Tanpa mengindahkan
hal ini, metode yang digunakan akan sis-sia saja.
Bila ada
para ahli yang mengatakan bahwa makin baik metode itu, makin efektif pula
pencapaian tujuan adalah pendapat yang mengandung nilai kebenaran. Tapi jangan
didukung bila ada para ahli yang mengatakan bahwa semua metode adalah baik dan
tidak ada kelemahannya, karena pernyataan tersebut adalah pendapat yang keliru.
Dalam
pandangan yang sudah diakui kebenarannya mengatakan, bahwa setiap metode
mempunyai sifat masing-masing, baik mengenai kebaikan-kebaikannya maupun
menetapkan mengenai kelemahan-kelemahannya. Guru akan lebih mudah menetapkan
metode yang paling serasi untuk situasi dan kondisi yang khusus dihadapinya,
jika memahami sifat-sifat masing-masing metode tersebut. Winarno Surakhmad (
1990 ; 97) mengatakan, bahwa pemilihan dan penentuan metode dipengaruhi oleh
beberapa faktor, sebagai berikut :
a.
Anak
Didik
Anak
didik adalah manusia berpotensi yang menghajatkan pendidikan. Di sekolah,
gurulah yang berkewajiban untuk mendidiknya. Di ruang kelas guru akan
berhadapan dengan sejumlah anak didik dengan latar belakang kehidupan yang
berlainan. Status sosial mereka juga bermacam-macam. Demikian juga halnya
mengenai jenis kelamin mereka, ada berjenis kelamin laki-laki dan ada yang
berjenis kelamin perempuan. Postur tubuh mereka ada yang tinggi, sedang, dan
ada pula yang rendah, usia anak didik kemampuan dan motivasinya. Pendek kata,
dari aspek fisik ini selalu ada perbedaan dan persamaan pada setiap anak didik.
Jika
pada aspek biologis diatas ada persamaan dan perbedaan, maka pada aspek
intelektual juga ada perbedaan. Para ahli sepakat bahwa secara intelektual,
anak didik selalu menunjukkan perbedaan. Hal ini terlihat dari cepatnya
tanggapan anak didik terhadap rangsangan yang diberikan dalam kegiatan belajar
mengajar, dan lambatnya tanggapan anak didik terhadap rangsangan yang diberikan
guru. Tinggi atau rendahnya kreativitas anak didik dalam mengolah kesan dari
bahan pelajaran yang baru diterima bisa dijadikan tolok ukur dari kecerdasan
seorang anak. Kecerdasan seorang anak terlihat seiring dengan meningkatkannya
kematangan usia anak. Daya pikir anak bergerak dari cara berpikir konkret ke
arah cara berpikir abstrak. Anak-anak usia SD lebih cenderung berpikir konkret.
Sedangkan anak-anak SLTP atau SLTA sudah mulai dapat berpikir abstrak.
Berdasarkan IQ anak, ditentukanlah klasifikasi kecerdasan seorang dengan
perhitungan tertentu. Dari IQ pula diketahui persamaan dan perbedaan kecerdasan
seseorang.
Dari
aspek psikologis sudah diakui ada juga perbedaan. Di sekolah, perilaku anak
didik selalu menunjukkan perbedaan, ada yang pendiam, ada yang kreatif, ada
yang suka bicara, ada yang tertutup ( introver ), ada yang terbuka (ekstrover
), ada yang pemurung, ada yang periang, dan sebagainya.
Semua
perilaku anak didik tersebut mewarnai suasana kelas. Dinamika kelas terlihat
dengan banyaknya jumlah anak dalam kegiatan belajar mengajar. Kegaduhan semakin
terasa jika jumlah anak didik sangat banyak di dalam kelas. Semakin banyak
jumlah anak didik di kelas, semakin mudah terjadi konflik dan cenderung sukar
dikelola.
Perbedaan
individual anak didik pada aspek biologis, intelektual dan psikologis
sebagaimana disebutkan di atas, mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode
yang mana sebaiknya guru ambil untuk menciptakan lingkungan belajar yang kreatif dalam sekon yang relatif lama
demi tercapainya tujuan pengajaran yang telah dirumuskan secara operasional.
Dengan demikian jelas, kematangan anak didik yang bervariasi mempengaruhi
pemilihan dan penentuan metode pengajaran.
b.
Tujuan
yang ingin dicapai.
Tujuan
adalah sasaran yang ditujuan dari setiap kegiatan belajar mengajar.Tujuan yang
ingin dicapai ini ialah tujuan pengajaran. Tujuan pengajaran merupakan rumusan
yang menggambarkan tentang perubahan tingkah laku apa yang akan diperoleh,
siswa sebagai akibat dan pengajaran.Dalam system pengajaran, tujuan harus dapat
memberikan gambaran yang jelas tentang bentuk tingkah laku yang diharapkan
dapat dimiliki siswa. Maka dari itu tujuan harus merupakan suatu rumusan yang
bersifat spesifik. Dalam menentukan tujuan yang spesifik, harus diperhatikan
tiga unsure yaitu meliputi aspek kognitif, afektif dan aspek psikomotor. Tujuan
yang jelas dan spesifik akan memberikan
pegangan dan petunjuk tentang metode mengajar. Hal ini sesuai dengan fungsi
metode itu sendiri yaitu cara untuk mencapai tujuan. Selain itu, tujuan dalam
pendidikan dan pengajaran berbagai-bagai jenis dan fungsinya. Secara hierarki
tujuan itu bergerak dari yang rendah hingga yang tinggi, yaitu tujuan
instruksional atau tujuan pembelajaran, tujuan kurikuler atau tujuan kurikulum,
tujuan institusional, dan tujuan pendidikan nasional. Tujuan pembelajaran
merupakan tujuan intermediter (antara), yang paling langsung dalam kegiatan
belajar mengajar di kelas. Tujuan pembelajaran dikenal ada dua, yaitu TIU (
Tujuan Instruksional Umum) dan TIK (Tujuan Instruksional Khusus).
Perumusan
tujuan instruksional khusus, misalnya akan mempengaruhi kemampuan yang
bagaimana yang terjadi pada diri anak didik. Proses pengajaran pun
dipengaruhinya. Demikian juga penyeleksian metode yang harus guru gunakan di
kelas. Metode yang guru pilih harus sejalan dengan taraf kemampuan yang hendak
diisi ke dalam diri setiap anak didik. Artinya, metodelah yang harus tunduk
kepada kehendak tujuan dan bukan sebaliknya. Karena itu, kemampuan yang
bagaimana yang dikehendaki oleh tujuan, maka metode harus mendukung sepenuhnya
dan didalam pemilihan metode mengajar yang tepat untuk mencapai tujuan haruslah
memperhatikan tujuan yang telah ditetapkan.
c.
Situasi
Situasi
kegiatan belajar mengajar yang guru ciptakan tidak selamanya sama dari hari ke
hari. Pada suatu waktu boleh jadi guru ingin menciptakan situasi belajar
mengajar di alam terbuka, yaitu di luar ruang sekolah. Maka guru dalam hal ini
tentu memilih metode mengajar yang sesuai situasi yang diciptakan itu. Di lain
waktu, sesuai dengan sifat bahan dan kemampuan yang ingin dicapai oleh tujuan,
maka guru menciptakan lingkungan belajar anak didik secara berkelompok. Anak
didik dibagi ke dalam beberapa kelompok belajar di bawah pengawasan dan
bimbingan guru. Di sana semua anak didik dalam kelompok masing-masing diserahi
tugas oleh guru untuk memecahkan suatu masalah. Selain itu juga sering kali
seorang guru tidak dapat mengendalikan waktu, sehingga terjadi bahan pelajaran sudah
selesai, tetapi waktu masih panjang. Atau sebaliknya, waktu sudah habis tetapi
bahan belum tuntaa. Hal ini membawa pengaruh terhadap proses belajar mengajar.
Oleh karena itu dalam metode mengajar, faktor waktu harus diperhatikan. Agar
faktor waktu dapat diatur dengan sebaik-baiknya, maka diperlukan pengendalian
waktu yaitu dengan menyusun jadwal dan alokasi waktu. Dalam pengajaran, alokasi
waktu berpedoman dengan tujuan. Berapa banyak tujuan yang akan dicapai, serta
berapa lama suatu materi dapat dipelajari siswa, seorang guru dapat membuat
perincian waktu yang telah ditetapkan didalam kurikulum, sehingga proses
belajar mengajar dapat sesuai dengan waktu yang telah di rencanakan. Dalam hal
ini tentu saja guru telah memilih metode mengajar untuk membelajarkan anak
didiknya, yaitu metode problem solving. Demikianlah, situasi yang diciptakan
guru mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode mengajar.
d.
Fasilitas
dan dana yang tersedia
Fasilitas
merupakan hal yang mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode mengajar.
Fasilitas adalah kelengkapan yang menunjang belajar anak didik di sekolah.
Lengkap tidaknya fasilitas belajar akan mempengaruhi pemilihan metode mengajar.
Ketiadaan laboratorium untuk praktek IPA, misalnya, kurang mendukung penggunaan
metode eksperimen atau metode demontrasi. Demikian juga halnya ketiadaan
mempunyai fasilitas olahraga, tentu sukar bagi guru menerapkan metode latihan.
Justru itu, keampuhan suatu metode mengajar akan terlihat jika faktor lain
mendukung. Kemudian dana juga sering menjadi hambatan masalah dalam menggunakan metode mengajar.
Tidak jarang karena dana tidak tersedia, suatu metode yang dianggap baik untuk
menyajikan suatu materi tidak dapat digunakan.
e.
Guru
Dalam
proses belajar mengajar, guru mempunyai tugas mendorong, membimbing, dan
memberi fasilitas belajar bagi siswa dalam mencapai keberhasilan pengajaran.
Salah satu faktor untuk mencapai suatu keberhsilan dalam proses belajar
mengajar, guru harus dapat menerapkan suatu cara untuk tercapainya tujuan
tersebut. Guru dituntut untuk dapat menggunakan berbagai metode, baik secara
tunggal maupun bervariasi, dengan berpedoman dengan tujuan yang akan
dicapainya.
Setiap
metode mengajar mempunyai kebaikan dan
kelemahannya. Suatu metode yang baik bagi seorang guru, belum tantu baik untuk
guru yang lain di dalam menyampaikan suatu materi pelajaran. Untuk menghasilkan
metode yang efektif maka seorang guru harus dapat memahami dan mengerti
kebaikan dan kelemahan dari masing-masing metode tersebut.
Berdasarkan kemampuan guru dalam menggunakan
dan memilih metode mengajar, maka dalam hal ini dapat menunjang tercapainya
proses belajar mengajar yang efektif. Selain metode yang dipergunakan setiap
guru juga mempunyai kepribadian yang berbeda. Seorang guru misalnya kurang suka
berbicara, tetapi seorang guru yang lain suka berbicara. Seorang guru yang
bertitel sarjana bukan pendidikan dan keguruan dibidang penguasaan ilmu
kependidikan dan keguruan. Guru yang sarjana pendidikan dan keguruan barangkali
lebih banyak mengasai metode-metode mengajar, karena memang dia dicetak sebagai
tenaga ahli di bidang keguruan dan wajar saja dia menjiwai dunia guru.
f. Sifat materi yang akan disampaikan.
Isi
proses belajar mengajar akan tercermin dalam bahan yang dipelajari oleh siswa.
Hal ini akan berpengaruh terhadap metode mengajar yang akan dipilih, karena
dengan mengetahui sifat materi pelajaran terlebih dahulu. Menurut pendapat E.
Kusuma (1979:86) karakteristik bahan pelajaran dapat dikelompokan sebagai
berikut “ Materi pelajaran dapat dikelompokan atas mata pelajaran Vokasional
yaitu mata pelajaran yang membina kecakapan tertentu yang menjabat suatu
jabatan dan mata pelajaran yang bersifat non vokasional atau mata pelajaran
yang membina pengetahuan umum. Dengan demikian bahwa dalam memilih metode
mengajar itu, haruslah melihat kaarakteristik dan bahan mata pelajaran
tersebut. Karena metode yang dipergunakan untuk menyampaikan bahan pelajan rang
bersifat vokasional dengan akan berbeda dengan metode yang akan digunakan untuk
pelajaran yang bersifat non vokasional.
Sebagai
penyegaran kembali dari inti kesan atas uraian tersebut dapatlah dibutiri faktor-faktor
yang mempengaruhi pemilihan metode mengajar, yaitu anak didik,tujuan yang ingin
dicapai, situasi, fasilitas dan dana yang tersedia, guru dan sifat materi yang
akan disampaikan.
BAB
III
PENUTUP
3.1
KESIMPULAN
Dari
uraian diatas dapat disimpulkan bahwa metode mengajar mempunyai fungsi yang
penting di dalam mencapai tujuan pengajaran, karena tanpa metode yang efektif
tujuan pengajaran tidak akan berhasil dengan baik. Dalam pemilihan metode
mengajar perlu mempertimbangkan beberapa faktor antara lain faktor tujuan yang
ingin dicapai, faktor anak didik, tujuan yang ingin dicapai,
situasi, fasilitas dan dana yang tersedia, guru dan sifat materi yang akan
disampaikan. Setiap metode mengajar mempunyai karakteristik tersendiri yaitu
berupa kelebihan dan kekurangan. Untuk menutupi kekurangan suatu metode maka
metode tersebut harus digunakan secara terpadu dengan metode lainnya. Dengan
demikian dalam kegiatan belajar mengajar akan terdapat beberapa metode yang
digunakan secara terpadu. Pemilihan metode mengajar didasarkan atas kemampuan
seorang guru dalam menggunakan metode mengajar dan sesuai dengan bahan yang
diajarkan.
3.2
SARAN
Mengingat
penentuan metode dalam pembelajaran sangat penting bagi berlangsungnya proses
belajar mengajar, maka guru dituntut untuk mengembangkan metode pembelajaran
yang sesuai dengan karakteristik
pembelajaran yang akan dipakai
dalam pembelajaran. Hal ini untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap
materi pelajaran yang di berikannya. Sehingga tujuan pembelajaran dapat
tercapai dan hasil belajar peserta didik dapat ditingkatkan.
No comments:
Post a Comment