Thursday, January 2, 2014

TUGAS SIWA SIDDHANTA I

TENTANG SIWA
            Siwa merupakan salah satu dewa dari tiga utama (Tri Murti) dalam Agama Hindu. Kata dari Siwa yang berasal dari bahasa sansekerta. Kata dari Siwa ialah menyenangkan, memberi banyak harapan, membahagiakan, yang baik hati.         Dalam ajaran Agama Hindu Dewa Siwa sebagai dewa pelebur (aspek pralaya atau pralina dari alam semesta beserta isinya). Oleh umat Hindu Bali, Dewa Siwa dipuja di Pura Dalem, sebagai dewa yang mengembalikan manusia ke unsurnya, menjadi Panca Maha Bhuta. Dalam pengider Dewata Nawa Sangga (Nawa Dewata), Dewa Siwa menempati arah tengah dengan warna panca warna. Ia bersenjata padma dan mengendarai lembu Nandini. Aksara sucinya I dan Ya. Ia dipuja di Pura Besakih.
PENAMPILAN SIWA DAPAT DIGAMBARKAN SEBAGAI BERIKUT.


Gambar diatas adalah Gambar Dewa Siwa yang digambarkan dalam bentuk manusia tubuhnya telanjang dan dia hanya mengenakan busana kain dari kulit macan dan kulit gajah untuk selimut. Tubuh yang telanjang melambangkan bahwa ia bebas dari keterikatan pada benda material di dunia (Pandit, 2006:207). Tubuh yang berwarna biru merupakan alam semesta semua beracun (maya/palsu). Siwa dikatakan berambut ikal yang digelung yang berwarna merah karena ia dikenal dengan nama Kapardi (Pasek, 2012:60). Dewa Siwa memilikiu tiga mata (Trinetra). Dua matanya pada bagian kiri dan kanan melambangkan aktifitas fisiknya di dunia. Yang lagi satu di dahinya melambangkan pengetahuan (jnana) yang disebut dengan mata kebijaksanaan atau pengetahuan. Untuk kekuatan pandangan mata ketiga siwa menghancurkan kejahatan dan ini adalah alasan mengapa orang berbuat kejahatan sangat takut dengan mata ketiga-Nya (Pandit, 2006:207).
Kekuatan penghancur Siwa dilambangkan oleh ular disekitar lehernya, selain itu ular dinyatakan sebagai kelincahan. Trisula diperlihatkan berdiri tegak disampingnya. Sebuah Trisula memiliki tiga ujung, yang menandakan tiga sifat alam yaitu Sattva (keaktifan), rajas (kegiatan) dan tamas (ketidakaktifan). Trisula melambangkan senjata yang digunakan Dewa untuk menghancurkan kejahatan dan ketidak perdulian di dunia. Sebuah damaru (kendang kecil) yang melambangkan suara yang bergetar seperti yang dibuatkan dalam kitab Hindu suara yang bergetar dari suku kata Om yang suci dipercaya sebagai sumber penciptaan (Pandit, 2006:208). Untuk senjatanya yang lain disebut dengan Pinaka, oleh karena itu Siwa disebut juga dengan nama Pinakapani. Disamping memegang Pinaka, ia juga memegang tasbih, dan kalungan bunga yang terbuat dari tengkorak manusia melingkar di leher-Nya. Kemudian genitri menjelaskan tentang evolusi yaitu adanya siang dan malam. Kulit harimau yang menjadi tempat duduk dewa melambangkan ia adalah sumber dari kekuatan yang pasti yang ia kendalikan sesuai dengan keinginan-Nya.
Bulan sabit (Ardhacandra) yang terlihat pada kepala dewa Siwa yang dijadikan sebagai hiasan dan bukan menjadi bagian dari tubuh-Nya.Pembahasan dan penegcilan bulan melambangkan siklus waktu dimana penciptaan ada didalamnya dari awal sampai akhir dan kembali ke awal lagi.Bulan juga melambangkan sifat hati seperti cinta, kebaikan dan kasih. Bulan sabit yang dekat dengan kepala dewa memiliki makna bahwa seorang pemuja harus mengembangkan sifat-sifat ini agar dapat lebih dekat dengan dewa (Pandit, 2006:208). Kendi yang ada disamping-Nya melambangkan kesejahteraan dan membersihkan.
            Siwa dinyatakan sebagai Agni karena Siwa dapat menghancurkan segala sesuatu yang berkaitan dengan Agni. Baik Siwa maupun kendaraannya, Nandini (sapi) yang berwarna putih, makna warna putih itu menunjukkan kekuasaan untuk mengawasi proses peleburan kembali disamping itu melambangkan kekuatan dan ketidakperdulian. Siwa mengendarai sapi menandakan bahwa Siwa menghilangkan ketidakperdulian dan menganugrahkan kekuatan kebijaksanaan pada pemujanya. Sapi dalam bahasa sansekertanya Vresa yang berarti Dharma (kebenaran). Ssehingga sapi disamping Siwa melambangkan persahabatan abadi dan kebenaran. Nandi juga melambangkan kesadaran seseorang (srsta purusa) atau manusia sempurna, yang terserap secara permanen dalam pandangan kenyataan (Pandit, 2006:208-209). Pemuja terhadap Siwa sangatlah terkenal diantara orang Hindu, terutama diantara Pasupata, Saivist, Kaladamana, dan tradisi Kapalika. Siwa juga disebut dengan nama lain seperti Sangkara, Mahadewa, Rudra, Iswara, dan Nilakantha (Pandit, 2006:210).
Didalam kitab-kitab Purana mendapat informasi tentang Sang Hyang Siwa memperoleh berbagai hiasan tersebut. Istri para rsi terpikat kepada Siva, yang sekali waktu tampil dengan mengenakan pakaian seperti peminta-minta. Para rsi sangat marah terhadap Siva atas penampilannya itu dan ingin membunuhnya, dari lobang yang digali, muncul seekor harimau. Siva membunuh harimau itu dan mengambil kulitnya. Seekor menjangan mengikuti harimau muncul dilubang itu. Siva memegang binang itu dengan tangan kirinya. Selanjutnya muncul dari lobang itu tongkat besi panas berwarna merah. Siwa mengambil tongkat itu menjadikan senjatanya. Terakhir dari lobang itu muncul beberapa ekor ular kobra dan Siwa mengambil ular dan mengenakannya sebagai hiasan.
Suatu hari Raksasa bernama Gaya menyamar dalam wujud seekor gajah dan menangkap seorang pandita yang melarikan diri dan memohon perlindungan disebuah pura Siva. Siva muncul dan membunuh gajah tersebut, kemudian mengambil kulitnya dikenakan di badannya. Suatu hari Siva mengenakan beberapa ekor ular sebagai anting-antingnya, maka dari itu ia dikenal dengan dengan nama Nagakundala. Brahma meminta kepada Rudra untuk menciptakan manusia, dan permintaan itu dipenuhinya, tetapi manusia ciptaannya menjadi manusia yang sangat bengis. Brahma khawatir terhadap makhluk itu akan memakan makhluk-makhluk lainnya. Brahma yang gemetar karena ketakutan meminta kepada Rudra untuk menghentikan penciptaan manusia itu dan meminta menciptakan yang lain. Selanjutnya Rudra mulai mempraktekan tapa (Pasek, 2012:60-61).



                                                                               
DAFTAR PUSTAKA

Gunawan, I Ketut Pasek. 2012. Pengantar Bahan Ajar Siva Siddhanta I. Denpasar: Fakultas Dharma Acarya Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar.

Pandit, Bansi. 2006. Pemikir Hindu Pokok-Pokok Pikiran Agama Hindu dan Fisafatnya untuk semua umur. Surabaya: Paramita.

Anonim, 2012. “Siwa”. Tersedia pada http://idwikipedia.org/wiki/siwa. diakses tanggal (29 Maret 2012)


No comments:

Post a Comment